Tentang Seorang Teman


Malam ini aku teringat salah seorang teman. Tubuhnya tinggi, malah paling tinggi dari semua anak di kelas. Tingginya berkolerasi positif dengan semangatnya dalam belajar. Rasanya dia selalu menjadi laki-laki yang ketika masuk kelas, kursi deretan pertamalah yang menjadi tujuan. “Sudah paling tinggi, duduk di depan”. Begitulah anak-anak sering melontarkan guyonan.

Dia bukan anak pendiam. Dia sangat aktif dalam berdiskusi. Wawasannya lebih luas dari perkiraan. Entah itu dunia perikanan, mobile legend, sastra, hukum atau bahkan dunia politik, dia selalu punya pembahasan. Tapi jangan heran, kerap kali dia selalu mempunyai ledekan khas untuk seseorang. Itu pasti akan disampaikannya berulang-ulang. Belum lagi lelucon yang kadang tak banyak dimengerti orang, yang malah karena itu semua orang bingung lantas tertawa. Benar-benar pelengkap dan warna yang berbeda dalam kelas.

Dia terlihat angkuh memang, tapi keangkuhannya dalam berjalan, tidak akan sama dengan sikapnya yang setia kawan. Jika ingat dia, pasti langsung teringat ninja berwarna hijau dan handphone Samsung yang seharusnya segera dimuseumkan. Anak borjuis yang mengaku proletar. Hanya dia memang. Tapi tidak bisa dipungkiri, dengan keanehan yang dia punya, dia baik sekali. Seringkali, aku dan teman-temanku selalu terpikirkan namanya jika membutuhkan pertolongan. Ah terima kasih sudah sebaik itu di perantauan.

Ini hanya sudut pandangku tentang dia, yang sedang berjuang di kota orang. Aku tau, walau kadang dia dianggap tidak seberani itu dengan teman-temannya yang lain, dia sudah menunjukkannya dengan tidak banyak berkomentar tapi langsung pergerakan. Entah apa yang akan terjadi nanti. Aku harap dia mendapatkan kebahagiaan yang diinginkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolehkah Aku Seegois Ini?

Perasaan Semu

SayHay