Malam Kelima Belas
Bulan malam ini bulat sempurna, bersinar sangat indah. Seakan memberi pertanda kepada kita semua. Ternyata sudah malam kelima belas. Ramadhan sudah menemani kita setengah bulan, tinggal setengah bulan lagi.
Mari evaluasi diri.
Sudah lima belas hari bulan Ramadhan, apa puasa kita sudah benar dengan tidak hanya menahan lapar dan haus, tapi juga menahan hawa nafsu? Apa amarah masih menganggu kita untuk menjadi manusia yang berkoar-koar lantas berkata kasar, baik itu lisan maupun tulisan, baik itu dunia nyata atau maya? Padahal kita dikenalkan dengan kata "sabar".
Sudah lima belas hari bulan Ramadhan, sudah sampai mana tadarusnya? Apa satu hari sudah disempatkan untuk membaca Al-Quran? Rencana one day one juznya apa terlaksana? Apa kesibukan masih menjadi alasan untuk meninggalkan Al-Quran? Apa kesibukan yang kita maksud adalah berjam-jam menghabiskan waktu hanya untuk membaca kabar dunia atau hanya bermain sosial media hingga larut malam? Padahal Al-Quran itu memberikan syafaat bagi pembacanya. Setidaknya sempatkan walau hanya satu jam dari dua puluh empat jam yang diberikan.
Sudah lima belas hari bulan Ramadhan, masihkah berbuka dengan tidak sabaran? Memakan lahap apapun yang ada di hadapan. Lantas lupa mengucap syukur atas nikmat sehat dan makanan yang kita dapatkan.
Sudah lima belas hari bulan Ramadhan, apa sholat lima waktu masih dilakukan mendesak didetik-detik terakhir perpindahan waktu sholat satu dengan waktu sholat yang lainnya? Apa masih terus berpikir, nanti, nanti dan nanti untuk segera dilaksanakan? Apa masih terus menjadikan dunia sebagai sangkalan bahwa akhirat tidak lebih penting darinya? Menolak lupa bahwa kita hanya menumpang di dunia.
Sudah lima belas hari bulan Ramadhan, apa sholat tarawih kita aman? Apa masih saja menjadikan perut kenyang sebagai alasan untuk tidak menunaikannya? Apa hukum sunah menjadikan kita sebagai bantahan untuk tidak memperdulikannya? Padahal kita hanya dituntut sholat tarawih satu bulan dalam setahun, tidakkah itu terlalu kejam.
Sudah lima belas hari bulan Ramadhan, sudah berapa banyak kajian yang kita dengar? Apa kita terlalu asik menonton vlogger tentang kehidupan pribadi mereka, lantas lupa dengan kehidupan sendiri dan tidak sempat menambah ilmu? Apa kita terus akan mengatakan "Kalau belum tahu ya gapapa" sebagai tameng untuk tidak mencari tahu hal yang benar? Apa kita terlalu egois untuk tidak berbagi sedikit kuota kita untuk menonton kajian online yang sudah banyak tersedia? Bahkan pemuka agama sudah jelas-jelas berdakwah mengikuti zaman, untuk mempermudah bisa diakses dan didengar tanpa ada alasan kejauhan atau turun hujan.
---
Sebagian pertanyaan yang menjadi #SELFREMINDER. Semoga aku dan kalian yang menyempatkan membaca ini dapat memanfaatkan bulan Ramadhan yang tinggal lima belas hari lagi. Kita tidak pernah tahu soal waktu. Aku sendiri terlalu takut. Teringat bahwa selama ini seluruh waktuku sebagian besar hanya diperuntukan untuk dunia, sedangkan Allah hanya aku berikan waktu sisa. Lalu bagaimana jika pada waktu itu, Allah mencabut nyawaku? Aku harus bilang apa?
Menampar sekali, untuk aku yang selalu menghabiskan waktu untuk duniaku. Padahal aku tidak tahu, apakah hari esok, aku masih di dunia?
BalasHapus