Melalui Pengabaian

Rumahku lengang. Semua penghuni sudah kehilangan akalnya sementara waktu. Hanya tersisa aku, dan dering teleponku yang sedaritadi terus bergetar di atas ranjang. Aku bukan tak menyadari ada panggilan masuk, tapi aku secara sengaja sedang mengabaikanya. 

Sudah berlangsung lama. Bukan hanya soal telepon, tapi juga pesan masuk darinya, yang sudah tidak lagi aku tanggapi. Seiring waktu terus berjalan, seiring itu juga dirinya mungkin mencoba ingin mengenal. Mencoba berbagai cara untuk terus punya pembahasan. Tapi lagi-lagi akunya yang merasa tidak nyaman. Mungkin terkesan egois, tapi aku hanya ingin jujur tanpa ada paksaan apalagi karena kasihan. 

Sebenarnya, ada hal yang membuatku terhenti untuk tidak lagi ingin menjadikannya sebatas rekan kerjaku yang harus aku hormati. Awalnya aku mengira pengabaian yang aku buat, telah membuatnya sadar bahwa aku tidak bisa berteman dengan seseorang yang malah tak ingin hanya berakhir dengan itu. Ternyata tidak. Entah dirinya tidak paham bagaimana wanita atau memang dia seorang pekerja keras yang selalu ingin berhasil. Tapi rasanya, sekeras apapun dirinya, perasaanku sulit untuk bisa menyatu. Aku dan dirinya tidak berada di jalan yang sama.

Aku tidak ingin membuat harapan-harapan yang tidak akan jadi nyata. Maka aku bergerak mundur secara perlahan, melalui pengabaian. Aku tidak memiliki kekuatan untuk mengutarakan secara personal, baik dari pesan ataupun perbincangan. Mungkin nanti, tidak sekarang, akan aku persiapkan. Semoga dirinya paham.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolehkah Aku Seegois Ini?

Perasaan Semu

SayHay