Menarik Langkah


Ada hal yang sebenarnya ingin aku cari, tapi aku terhenti. Aku tidak suka kepada yang terbenam dan lambat laun menghilang. Jika berdasarkan kepentingan ego semata, aku hanya ingin diberi, dikasih, ditambah, tanpa ada yang perlu dibagi, dikurang, atau dituntut. Beruntungnya, logika masih diberi kaki untuk bisa menelusuri mana jalan yang paling manusiawi.  Memberi jeda atas apa yang dia pilih, itu adalah keputusanku. Bagaimana dia sekarang, aku tidak tahu. Ingin bertanya, tapi aku rasa semua butuh waktu untuk tidak perlu diganggu. Karena akupun begitu.

Hingga malam ini, pikiranku tidak sebodo amat biasanya. Ada yang hal janggal di sini. Perubahan yang terlalu tiba-tiba membuat aku takut untuk merasakan perasaan yang selalu datang di waktu yang tidak pernah kuhendaki.  Beberapa kali aku pernah ada dalam situasi dan cerita yang sama, walau tokohnya yang berbeda. Aku selalu merasa tidak menemukan alasan untuk mau berjuang atau sekadar mempertahankan. Tapi aku juga selalu merasa bodoh lantas menangisi kepergian yang sebenarnya kepergian adalah hal utama yang akan dia lakukan, jika dalam waktu yang lama hanya dia yang berjuang dan aku seakan tidak bisa diajak untuk menggapai asa yang sama.

Sejujurnya aku merasa ingin mengekuhkan niat untuk menetapkan. Membuang jauh-jauh perbandingan akan sosok masa lalu. Aku merasa harus siap dengan segala konsekuensi. Tapi semua terlalu rumpang untuk dibenahi. Boleh jadi kamu benar-benar ingin pergi. Maka aku harus siap menarik langkah jauh untuk tidak peduli.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolehkah Aku Seegois Ini?

SayHay

Emosi