[Resensi Buku] Nyala Semesta
Judul Buku Nyala Semesta. Penulis Farah Qoonita. Penerbit Kanan Publishing. Tahun Terbit 2020. Jumlah Halaman 287 hlm.
Jarak kadang membuat lupa. Dan melalui buku ini, aku diingatkan kembali bahwa ada saudara muslimku yang jauh di Gaza. Bukan hanya tinggal, tapi mereka sedang berjuang untuk mempertahankan tanah bersejarah dakwah Rasulullah dari penjajahan Isreal.
Tanpa hati nurani dan tak ada sedikit rasa kemanusiaan, Israel dengan begitu mudahnya mengirim rudal, bom, menghancurkan rumah-rumah penduduk, tanpa memikirkan orangtua, wanita, anak kecil, dan semua penduduk yang tinggal di sana. Sungguh sebuah kejahatan kemanusiaan.
Farah Qoonita, memberikan cerita yang sangat menarik dalam buku yang termasuk action - thriller ini. Kobaran semangat perjuangan di Gaza sampai dalam hati pembaca, termasuk aku sendiri. Begitu juga dengan keberanian, ketabahan dan kesabaran tokoh dalam cerita yang begitu aku kagumi. Entah berapa kali aku menangis tersedu-sedu. Merasakan atmosfer perjuangan yang tidak mengenal lelah. Semua semata-mata untuk pertemuan dengan Sang Pencipta.
Dalam cerita, ada sebuah keluarga pejuang pembebasan tanah Gaza. Khalid (baba), Hanah (uma), dan empat anaknya : Mushab, Yusuf, Hasan, dan Maryam. Mushab, Yusuf dan Hasan adalah pejuang sejati. Lalu Mushab melanjutkan kuliahnya di Turki, meninggalkan Gaza dan tidak lagi ikut dalam perjuangan. Yusuf dengan ilmu kedokterannya, membantu menangani para korban di Gaza. Hasan dengan kameranya, meliput segala peristiwa yang terjadi dan ingin menyebarluaskan dengan menunjukan betapa kejamnya Israel kepada kaum Gaza yang tidak berdosa. Maryam selalu bersama Hanah di dalam rumahnya, selalu dipeluk Hanah ketika menangis ketakutan setiap ada suara bom atau rudal kiriman Israel. Khalid sendiri ditangkap oleh Israel, disiksa dengan begitu keji, tapi tetap menjaga amanahnya dengan tetap diam, tidak membocorkan apapun tentang strategi Palestina.
Kagumnya dan tertu tidak terbayangkan olehku, Khalid dan kebanyakan seorang suami yang ada di dalam penjara, memikirkan cara agar terus ikut dalam perjuangan Palestina. Cara yang mereka lakukan adalah menyelundupkan spermanya, agar istrinya dapat melakukan program bayi tabung. Dengan begitu, pejuang Palestina akan selalu bertambah, tidak pernah habis untuk melawan Israel. MasyaAllah.
Banyak sekali kejadian dalam buku ini sangat menyentuh hati, membuat amarah bergejolak, bahkan seringkali aku beristigfar mengingat diri yang tidak mudah bersyukur dengan keadaan yang masih bisa dibilang aman. Hingga akhirnya di dalam cerita, Yusuf kehilangan satu kakinya dalam peperangan. Entah berapa banyak pula orang yang telah kehilangan di sana. Harta dan jiwa segalanya rela mereka berikan. Maha Besar Allah yang memberikan mereka kekuatan. Semua mereka terima dengan lapang dada, hanya satu yang mereka pahami, mereka akan menang. Mereka tidak akan berjuang sia-sia. Surga sudah di depan mata.
Jalan cerita yang penuh inspirasi ini, membuatku dapat membaca dengan baik dan semakin penasaran apa saja yang terjadi di sana. Bahkan beberapa kesalahan dalam penulisan tidak lagi menjadi permasalahan. Terlalu banyak hal yang dapat di pelajari dari buku ini. Penulis mengatakan, dia berharap buku ini tak hanya berakhir sebagai kisah, tapi jadi sebuah awal tapak langkah. Semoga kita semua tidak lupa untuk mengikutsertakan Palestina dalam setiap doa di akhir salat, setiap sujud dan waktu mustajab lainnya.
Komentar
Posting Komentar