Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2020

Closing

Berakhir sudah. Ramadhan telah pergi dan esok akan berganti dengan Hari Raya Idul Fitri, hari kemenangan yang  ditunggu-tunggu.  Malam ini, gema takbir memenuhi langit berbintang. Tabuhan beduk terdengar menggemparkan ruangan berpenghuni. Serta, kembang api yang menyala warna-warni atau suara gesekan spatula dengan kuali. Aku ucapkan syukur berulang kali. Tak kuat rasanya untuk menahan tangis. Menyambut bahagia hari raya dan menyadari akan ada kepergian yang mengiringi. Aku jadi teringat, dulu aku selalu menjadi satu-satunya yang tidak pernah meneteskan air mata, lalu menatap heran orang-orang di sekelilingku yang penuh derai air mata. Lama-lama, aku yang semakin dewasa ini, secara penuh menyadari bahwa semua itu bukan hanya sebuah formalitas, atau sengaja dibuat-buat. Tapi ada rasa yang mengganjal dan perlu diredakan melalui tangisan, pelukan, dan untaian kata maaf serta kesepakatan saling menerima. Mungkin saat ini, jabatan berganti dengan lambaian tangan. Senyuman yang dibe...

Lelah Karena Allah

Tulisan ini adalah dupliasi secara umum dari apa yang disampaikan Ustadz Hanan Attaki di channel youtube Shift dengan tema #RAMADHAN Bareng UHA dengan judul “Lelah Karena Allah”. Kata para ulama, dunia ini adalah tempat orang bersusah payah, bercocok tanam atau berlelah-lelah. Sehingga kalau ada orang yang berharap di dunia itu tidak merasakan lelah, tidak ada kesusahan, dia termasuk orang yang naif, orang yang berandai-andai, karena tidak begitu sifat dunia. Jangankan untuk beramal sholeh berbuat jahatpun kita lelah, berbuat dosapun cape. Kita mengunlike postingan di youtube contohnya, itu kegiatan yang membutuhkan usaha. Unlike atau like keduanya memiliki usahanya sama. Tapi kenapa ada orang yang memiliki unlike daripada like padahal usahanya sama? Padahal ketika kita menglike, maka kita membahagiakan hati orang. Pada suatu kisah, ketika sabahat bertanya kepada Nabi, “Ya Rasullulah amalan apa yang paling disukai Allah?” maka Nabi menjawab, “Membahagiakan hati orang muslim...

Melalui Pengabaian

Rumahku lengang. Semua penghuni sudah kehilangan akalnya sementara waktu. Hanya tersisa aku, dan dering teleponku yang sedaritadi terus bergetar di atas ranjang. Aku bukan tak menyadari ada panggilan masuk, tapi aku secara sengaja sedang mengabaikanya.  Sudah berlangsung lama. Bukan hanya soal telepon, tapi juga pesan masuk darinya, yang sudah tidak lagi aku tanggapi. Seiring waktu terus berjalan, seiring itu juga dirinya mungkin mencoba ingin mengenal. Mencoba berbagai cara untuk terus punya pembahasan. Tapi lagi-lagi akunya yang merasa tidak nyaman. Mungkin terkesan egois, tapi aku hanya ingin jujur tanpa ada paksaan apalagi karena kasihan.  Sebenarnya, ada hal yang membuatku terhenti untuk tidak lagi ingin menjadikannya sebatas rekan kerjaku yang harus aku hormati. Awalnya aku mengira pengabaian yang aku buat, telah membuatnya sadar bahwa aku tidak bisa berteman dengan seseorang yang malah tak ingin hanya berakhir dengan itu. Ternyata tidak. Entah diriny...

Sosok Masa Lalu

Aku tidak pernah tau akan ada sosok masa lalu yang datang kembali. Beruntungnya aku sudah memilih damai dengan keadaan terdahulu. Aku tidak pernah bisa secara permanent untuk menghapus seseorang dalam hidup, sejahat apapun orang itu. Mengikhlaskan segala yang terjadi, mungkin itu yang sedang aku terapi. Pikirku untuk mengutuk tapi tidak punya kendali. Semua hanya akan sia-sia jika aku terus bersungut emosi melampiaskan ke sana kemari. Hanya buang-buang energi. Aku juga mengerti bahwa tak pernah ada yang bisa aku prediksi perihal datang dan pergi. Butuh waktu cepat untuk kembali bercengkerama dengan sosok lama. Kita menjadi penuh tawa, jelasnya menertawakan kebodohan yang sudah dilewati. Mungkin sampai saat ini aku masih terheran-heran, bagaimana bisa? Tapi semua benar adanya. Kita menjadi pribadi yang mencoba saling mengerti, tidak masalah jika mengungkit masa lalu, kita sama-sama tahu bahwa itu menjadi pengalaman yang bisa memperteguh diri. Tidak mempermasalahkan perihal apapun,...

Menarik Langkah

Ada hal yang sebenarnya ingin aku cari, tapi aku terhenti. Aku tidak suka kepada yang terbenam dan lambat laun menghilang. Jika berdasarkan kepentingan ego semata, aku hanya ingin diberi, dikasih, ditambah, tanpa ada yang perlu dibagi, dikurang, atau dituntut. Beruntungnya, logika masih diberi kaki untuk bisa menelusuri mana jalan yang paling manusiawi.   Memberi jeda atas apa yang dia pilih, itu adalah keputusanku. Bagaimana dia sekarang, aku tidak tahu. Ingin bertanya, tapi aku rasa semua butuh waktu untuk tidak perlu diganggu. Karena akupun begitu. Hingga malam ini, pikiranku tidak sebodo amat biasanya. Ada yang hal janggal di sini. Perubahan yang terlalu tiba-tiba membuat aku takut untuk merasakan perasaan yang selalu datang di waktu yang tidak pernah kuhendaki.   Beberapa kali aku pernah ada dalam situasi dan cerita yang sama, walau tokohnya yang berbeda. Aku selalu merasa tidak menemukan alasan untuk mau berjuang atau sekadar mempertahankan. Tapi aku juga selalu me...

Kopi

“Aku butuh kopi” Seringkali keinginan itu yang terlintas di kala malam atau di hari-hari yang berantakan. Bagiku, semua kopi sama saja. Kopi bubuk yang dijual bungkusan, biji kopi Bali atau Sumatera, kopi pahit atau kopi dengan gula, kopi susu atau kopi ditambah boba, kopi panas atau dingin, semua sama-sama dikenal dengan sebutan “kopi" Kandungan caffeine dalam kopi jelas berbeda. Entah hanya sugesti atau efek semata, aku selalu tidak bisa tidur dibuatnya. Merasa langit menjadi berawan, sedang di luar penuh gelap bertabur bintang. Mungkin sebagian orang, tidak merasa kopi bisa seistimewa ini. Mungkin sebagian orang juga berpikir bahwa penikmat kopi hanya sebuah trendy. Padahal tidak juga. Kopi kerap kali menjadi hal yang diperlukan dalam sebuah pertemuan. Termasuk aku dan teman-temanku, kopi sudah menjadi rekan yang tumbuh bersama. Kopi menjadi pelengkap dalam jumpa. Menghilangkan riuh dalam penat. Memberi jeda dari hiruk-pikuk dunia. Menambah rasa dalam cerita yang ...

Pikirku Tentang Takut

Sejujurnya belakangan ini pikiranku tidak pernah bisa lepas dari kata takut. Iya, takut melakukan kesalahan. Takut dinilai tidak baik. Takut juga mengecewakan. Sebuah ketakutan itu membuat aku untuk lebih berhati-hati. Tapi sayangnya, kehati-hatianku tak melulu merujung temu, malah bisa jadi buntu. Terlalu lama berpikir, alhasil diambil yang lain. Sebuah dilema memang. Mau cepat tapi takut. Mau lambat juga takut. Ah, sebenarnya aku merasa tidak suka dengan "takut" di sini. Takut ini jika lama-lama dibiarkan malah akan menambah masalah. Memperburuk keadaan. Aku harus berani, ikuti apa yang telah dipelajari, tidak selalu mengandalkan isi hati.   Setidaknya, jika suatu saat takut itu bertemu dengan gagal. Aku tidak perlu merasa kecewa, aku malah harus menjadikan itu sebagai pemahaman yang lebih baik. Lalu mengetahui alasan yang seperti apa yang menyebabkan aku bisa gagal. Maka nantinya, aku tidak melakukannya lagi.  Saat ini, aku tidak dulu memikirk...

Postingan

Pernah enggak sih kalian ngerasa bimbang perihal apa yang mau kalian share? Terutama kalau itu pembahasan soal agama. Awalnya aku enggak pernah punya keberanian buat update kaya gitu. Selalu ngerasa enggak pantes. Engga cocok. Sosoan doang. Pengen dibilang alim atau cuma cari perhatian orang.  Tapi seiring berjalannya waktu. Pendapat aku soal itu sudah berubah. Tidak lagi sempat memikirkan peluang-peluang cercaan orang lain. Aku hanya berpikir untuk tumbuh bersama dalam mengingatkan. Bukan berarti aku sudah tahu dan sangat expert di bidang ini, bukan. Hanya saja aku ingin menuntaskan perintah "sampaikanlah walau satu ayat" tapi karena aku bukan ahli agama yang pantas mengemukakan pendapat sendiri. Maka aku lebih memilih menjadi perantara ahli agama untuk menyebarluaskan apa yang mereka sampaikan. Bahagianya, dengan ketidakpedulian aku terhadap pikiran oranglain yang bisa dibilang julid, ternyata ada beberapa orang yang secara langsung memberi tahu bahwa mere...

Aku Butuh Waktu

Aku mungkin tidak bisa seperti yang lain. Mencintai dengan begitu cepat. Pertemuan pertama langsung bisa jatuh hati. Atau hanya dengan berbalas pesan satu minggu sudah ada rasa. Aku butuh waktu. Aku butuh waktu lebih lama dari kebanyakan orang dalam hal menyayangi dan mempercayai seseorang untuk menaruh hati. Aku tidak pernah tahu apakah itu sebuah kesalahan. Hingga pada saatnya, aku berada di sebuah waktu yang memberi arti lain. Aku pernah kehilangan. Bahkan sebelum sempat memiliki atau memastikan perihal perasaan yang ada di hatinya sama atau tidak dengan apa yang aku rasa. Kata orang, aku tidak ada pergerakan. Padahal, selama ini aku memastikan untuk tidak salah dalam mengambil keputusan. Hanya saja terkesan tidak memberi kejelasan. Lagi-lagi, aku hanya butuh waktu.  Salah satu resiko yang jelas-jelas harus aku tanggung. Berulang kali harus lapang untuk melupakan seseorang. Tak perlu aku uraikan bagaimana itu adalah sebuah pekerjaan yang menyusahkan. Aku hanya mencoba m...

Malu Mengeluh

Rasanya aku malu sekali dengan Allah. Dalam hati sudah ingin mengeluh. Merasa lelah, ingin diringankan, ingin masalah cepat pergi, merasa paling berat hidupnya, ah tidak ada habisnya memang. Aku lantas berpikir ulang. Setiap hari aku masih bisa makan, berbuka dengan makanan layak, keluargaku lengkap dan amat menyayangiku, aku dapat beraktivitas dengan sehat, dapat berkomunikasi baik dengan orang lain, Allah mengabulkan hajatku beberapa pekan lalu (Allah benar-benar Maha Mendengar dan Maha Berkuasa), dan masih banyak hal lainnya yang kerapkali tidak disadari. Setelah itu semua, masihkah pantaskah aku untuk mengeluh? Padahal keluhanku mungkin karena ulahku sendiri yang tidak terlalu berusaha keras. Jika berbicara tentang Allah, aku selalu kagum. Sungguh luar biasa sekali semua yang Allah ciptakan dan takdirkan. Jika ada orang yang bisa menyelesaikan masalahnya, orang itu hebat. Tapi Allah lebih hebat tak tertandingi. Mengatur skenario di luar dugaan. Mungkin awalnya kita tak ak...

Tentang Seorang Teman

Malam ini aku teringat salah seorang teman. Tubuhnya tinggi, malah paling tinggi dari semua anak di kelas. Tingginya berkolerasi positif dengan semangatnya dalam belajar. Rasanya dia selalu menjadi laki-laki yang ketika masuk kelas, kursi deretan pertamalah yang menjadi tujuan. “Sudah paling tinggi, duduk di depan”. Begitulah anak-anak sering melontarkan guyonan. Dia bukan anak pendiam. Dia sangat aktif dalam berdiskusi. Wawasannya lebih luas dari perkiraan. Entah itu dunia perikanan, mobile legend, sastra, hukum atau bahkan dunia politik, dia selalu punya pembahasan. Tapi jangan heran, kerap kali dia selalu mempunyai ledekan khas untuk seseorang. Itu pasti akan disampaikannya berulang-ulang. Belum lagi lelucon yang kadang tak banyak dimengerti orang, yang malah karena itu semua orang bingung lantas tertawa. Benar-benar pelengkap dan warna yang berbeda dalam kelas. Dia terlihat angkuh memang, tapi keangkuhannya dalam berjalan, tidak akan sama dengan sikapnya yang setia kawan....

Mereka Tidak Akan Paham

Kata mereka, aku terlalu mudah untuk berharap. Terlalu bodoh untuk terus bertahan. Terlalu yakin semua akan berubah. Mereka tidak pernah tahu bagaimana rasanya. Mereka tidak akan paham. Melupakan bagiku adalah hal yang tidak pernah aku inginkan. Meninggalkannya pergi adalah kesia-siaan dalam perjuangan. Aku telah melewati kurun waktu yang panjang untuk sampai pada titik ini. Jika aku mengalah, semua itu akan menjadi tidak ada nilainya. Aku hanya butuh tempat bercerita tanpa perlu dihakimi. Tanpa perlu menyudutan terlalu tajam. Mereka tau bahwa aku bukan tidak ingin melawan, tapi aku tidak bisa. Mungkin aku sekarang berada dalam lingkaran yang dia ciptakan dan tidak bisa keluar. Aku sudah mencoba. Berulang-ulang kali. Aku berusaha sekeras mungkin membuat celah keluar.   Tapi nyatanya, semua itu tidak ada gunanya. Ada saatnya ketika celah itu tercipta. Aku dengan semangat meyakinkan diri tidak akan masuk lagi ke dalamnya. Rasanya ingin begitu. Aku mencoba melakukan berbagai...

Fajar Kepada Anggi

"Tadi pagi, Ibuku bilang kalau dia enggak suka kamu keluyuran terus. Maunya kamu sering-sering aja di rumah."  katamu, segan-segan. Senyum di wajahku terhenti. Meninggalkan tatapan kaget sekaligus sedih. Sayangnya, kamu juga tidak tau harus berkata apa lagi. Lebih sayangnya lagi, udara di luar sungguh tidak mendukung untuk berbicara secara perlahan. Hujan besar yang ditemani petir menggelegar tiba-tiba datang.  Kedai kopi malam itu bisa dibilang tidak ramai. Hanya terisi tiga meja dari sepuluh meja yang ada. Barista sibuk membuat pesanan kopi. Jam berdetak tak terdengar. Fajar diam. Aku lebih diam. Kami berdua berbicara dalam diam di ujung kanan ruang kedai. Memikirkan bagaimana nasib cincin yang sudah melingkar di jari manisku. Baru satu minggu yang lalu. Fajar mengajak Aku menikah, lalu memberikan cincin secara mandiri. Keluarganya belum datang ke rumah, karena Fajar ingin aku sendiri yang membuat konsep acaranya.  Tapi saat ini, aku seperti di...

Malam Kelima Belas

Bulan malam ini bulat sempurna, bersinar sangat indah. Seakan memberi pertanda kepada kita semua. Ternyata sudah malam kelima belas. Ramadhan sudah menemani kita setengah bulan, tinggal setengah bulan lagi. Mari evaluasi diri.  Sudah lima belas hari bulan Ramadhan, apa puasa kita sudah benar dengan tidak hanya menahan lapar dan haus, tapi juga menahan hawa nafsu? Apa amarah masih menganggu kita untuk menjadi manusia yang berkoar-koar lantas berkata kasar, baik itu lisan maupun tulisan, baik itu dunia nyata atau maya? Padahal kita dikenalkan dengan kata "sabar". Sudah lima belas hari bulan Ramadhan, sudah sampai mana tadarusnya? Apa satu hari sudah disempatkan untuk membaca Al-Quran? Rencana one day one juznya apa terlaksana? Apa kesibukan masih menjadi alasan untuk meninggalkan Al-Quran? Apa kesibukan yang kita maksud adalah berjam-jam menghabiskan waktu hanya untuk membaca kabar dunia atau hanya bermain sosial media hingga larut malam?  Padahal Al-Quran itu ...

Percaya Diri

Diskusi malam tadi cukup menarik. Aku hanya melempar topik, yang aku kira hanya aku yang selalu menemukan waktu untuk merasa tidak percaya diri. Selalu berpikir untuk mempertanyakan kemampuan diri sendiri. Nyatanya tidak begitu. Beberapa orang yang aku tahu, memiliki permasalahan yang serupa. Dimana rasa percaya terhadap kemampuan diri mulai mengikis. Hanya saja tidak pada waktu yang sama.  Lalu yang menjadi pertanyaanku, apa ada di dunia ini orang yang selalu percaya diri dalam hidupnya? Tidak pernah merasa tidak percaya diri? Aku rasa tidak. Setiap orang pasti pernah merasa ragu alias tidak percaya diri, walau hanya beberapa saat. Merasa tidak yakin. Merasa ilusi tapi apa yang dihadapi itu nyata. Merasa tidak ingin tapi itu keharusan. Merasa ingin hilang tapi tidak bisa tenggelam. Maka apalagi yang bisa dilakukan selain mencoba berulang-ulang, dan mencoba kuat untuk melawan rasa takut, hanya untuk bisa bertahan.  Bagaimana jika rasa tidak percaya di...

Perangkat Canggih

Selamat malam hujan. Terima kasih sudah mau berkunjung malam ini. Terdengar jelas besarnya deruanmu dibalik dinding kamar. Angin dingin ulahmu juga menyelinap masuk lewat jendela yang sengaja aku beri ruang. Dan di balik selimut tebal, aku malah terpikirkan kisah lampau. Ah memang, sebuah perangkat paling canggih antara hujan dengan kisah-kisah terdahulu, yang sering kita sapa sebagai kenangan. Ingatanku tertuju pada hari dimana hujan seakan mendukung peristiwa itu terjadi.  "Yaudah kita cari tempat berteduh dulu" katanya lantas mempercepat laju roda dua. "Cepetan, aku dingin" aku menggerutu, memukul helmnya. Akhirnya kami tiba di salah satu pom bensin. Merapat menuju mushola. Tak ada orang, hanya kita berdua. Aku duduk di depan teras mushola. Dia hanya menyimpan tas, kemudian mendekati motornya lagi. "Yahh aku cuma bawa satu jas ujan" katanya setelah menutup jok motornya. "Yaudah gpp ko kalo aku yang hujan-hu...

Pertemuan Baru

Sudah hari kesepuluh. Hari kedua, aku puasa.  Hari yang cerah, tanpa hujan. Alhamdulilah. Sebelum berganti hari. Aku mau bercerita tentang pertemuan. Entah kenapa, aku adalah pribadi yang mudah sekali dekat dengan orang lain. Selalu merasa bisa beradaptasi dengan baik. Sejujurnya, aku sendiri masih belum tau apa ini keuntungan atau malah bisa jadi sebaliknya. Karena kadang, sikap yang humble itu juga bisa menjadi masalah, seperti "mudah ditipu". Terlalu mudah percaya dan selalu berpikir husnudzon sama orang lain emang gitu resikonya. Ah semoga dijauhkan dari orang-orang yang gemar berbohong. Beruntungnya, hari ini aku dipertemukan dengan seseorang yang bisa dibilang satu isi kepala. Langsung dapet aja gitu chemistrynya. Padahal tidak saling kenal sebelumnya, tidak juga saling tau, tapi berbincang kesana-kemari seperti bertemu teman lama. Kalian sering kaya gitu enggak sih? Bisa dibilang, aku sering.  Parahnya, padahal kenal baru sehari dua hari, ...

Waktu yang Tepat

Tunggu saja. Sabar. Yang penting udah usaha. Mungkin banyak yang sudah sampai tahap begitu lelah mendengar ketiga kalimat itu. Tidak bisa dipungkiri, masalah terus bergulir dalam hidup. Seperti yang pernah aku singgung ditulisan sebelumnya, tidak pernah ada yang bisa dipastikan dari hidup ini. Kepastian memang hanya miliki Allah.  Kejadian atau keadaan yang terus terjadi berulang-ulang, sungguh sangat membosankan. Menghabisi waktu untuk mencari dimana arah keluar. Mengucap doa-doa, berharap ada keajaiban. Berharap agar dipercepat. Berharap agar semua bisa berjalan lancar saja tanpa kendala. Tapi, tidak mungkin.  Bagaimana kita bisa dibilang sebagai makhluk hidup jika hanya mendapatkan keuntungan. Dunia ini hadir sebagai cobaan. Boleh jadi aku atau kita saja yang terlampau lupa, bahwa semua yang kita rasakan itu akan menjadi sebuah cerita. Masalah akan terus berganti seiring waktu, menjadi rantaian pengalaman dalam hidup. Mungkin sekarang, belum saatnya terbong...

Riset

Hari ini masih disibukkan dengan video-video yang tersisa dua kelas lagi. Tidak seperti kemarin. Porsinya dikurangi, waktunya lebih seimbang. Apalagi ini hari pertama puasaku (alasan kodrat perempuan ya).  Dalam satu kelas, banyak ilmu yang aku dapatkan. Jika memang kalian tanya, maksud dari video itu apa dan dimana. Sebut saja platform pemerintah yang sedang viral di berbagai media. Prakerja. Di sini aku tidak akan membahas permasalahan yang entah sebenarnya masalah itu benar adanya atau tidak, tidak juga membahas soal politik, tidak ya. Aku akan membahas dari seorang pengguna.  Selama beberapa hari ini, waktu luangku digunakan untuk belajar dari mitra prakerja tersebut. Aku mengambil paket yang memang basic, niat awalnya agar exam bisa lebih mudah dikerjakan. Tapi setelah menghabiskan beberapa video, aku bersyukur mengambil paket itu.  Banyak dari kita mungkin terlalu menyepelekan sesuatu. Termasuk aku pribadi. Merasa sudah cukup dengan yang su...

Sibuk Sendiri

Mungkin terlalu malam.  Tapi malam seringkali menjadi waktu yang tepat untuk mencetuskan ide yang ada di dalam pikiran. Begini. Hari ini aku sibuk sekali dengan duniaku sendiri. Tenggelam dalam video-video yang aku anggap bisa membantu meningkatkan kemampuan diri. Terlalu fokus hingga lupa apa yang ada dan terjadi di sekitarku.  Ketika lampu dimatikan. Badan direbahkan. Walau mata sudah sayup-sayup mengantuk, pikiranku masih jernih. Masih bisa berpikir dengan baik. Aku berpikir, kenapa aku harus memaksakan pada sesuatu hal yang kita anggap penting, padahal ada hal yang lebih penting. Salah satunya, membantu mama masak dan menyiapkan makanan untuk buka puasa. Hal itu yang aku tinggalkan hari ini. Entah kenapa, rasanya ada sesal yang menyelimuti hati. Terlebih begitu banyak makanan dan minuman yang disajikan. Sedang aku hanya duduk terpaku, memasang aerphone, memegang bolpoin, dan menulis. Tidak mengambil peran apapun untuk meringankan pekerjaan. ...

Postingan populer dari blog ini

Bolehkah Aku Seegois Ini?

Perasaan Semu

SayHay