Teman Diskusi

Banyak banget hal yang ingin dipendam sendiri. Enggak ingin dikit-dikit ngechat atau menelepon seseorang cuma buat ngasih tau apa yang terjadi. Merasa kuat. Merasa yakin bisa terkendali. Tapi nyatanya, emang enggak bisa dipungkiri. Lama-lama sesak juga. Malah seakan mencekik. Menyiksa diri sendiri. 

Akhirnya yang dipendam itu satu persatu mulai terbuka, maksudnya mencoba dibuka. Walau awal-awal pasti sulit untuk memulai. Kaya gini, "Aku mau cerita. Boleh?"
Mungkin untuk sebagian orang, itu suatu hal biasa. Tapi bagi sebagian orang, mungkin hal itu bisa jadi suatu hal yang tabu, malu, bahkan sangat sulit. Apalagi untuk memastikan bahwa teman diskusi kita adalah orang yang benar, itu enggak gampang.

Bisa dibilang seseorang yang ingin bercerita atau berdiskusi harus mencari orang yang tepat. Mencari wadah yang cukup besar untuk menampung keluhan atau masalah yang kita bawa. Entah dilihat dari wataknya, empatinya, rasa nyamannya, pikirannya yang terbuka, atau problem solvingnya. Hal-hal tersebut yang bisa menjadi dasar kepada siapa kita bisa bertukar pikiran atau siapakah orang yang mau menerima perbedaan dari apapun yang akan kita sampaikan. Karena jika kita salah dalam memilih orang, permasalahan akan tambah runyam.

Sebenarnya, pasti aja ada pemikiran yang mempertanyakan perihal apa yang akan aku ceritakan nanti, itu tepat atau enggak. Kira-kira waktu yang aku anggap pas banget, pas juga enggak ya buat dia. Ganggu atau enggak. Atau apakah kondisi dia mau menerima cerita aku yang seperti ini atau enggak. Ya mungkin beberapa pertanyaan itu kadang mengganggu kita untuk berani bercerita. Dari situ kita juga bisa belajar. Belajar bahwa kita harus menyortir seseorang dari beberapa orang yang memang sudah kita kenal. Memperkecil peluang menambahnya masalah setelah berdiskusi. Lalu mendiagnosa siapa yang tepat untuk diajak bertukar pikiran, karna tugas awal kita hanya melempar suatu topik. Bagaimana setelahnya, ya itu bagaimana lawan bicara kita. 

Harapannya kita dapat memiliki teman diskusi yang dirasa mampu menyimpan cerita dengan aman. Tidak berada di antara orang yang berjanji menjaga, tapi malah mengingkarinya. Teman diskusi yang satu frekuensi dalam pengertian dan berbeda frekuensi dalam pemikiran, karena kita tidak bisa mengganggap semua kisah hidup ini isinya cuma ada di satu sisi. Kita juga perlu diingatkan bahwa ada beberapa sisi yang tidak bisa dihiraukan. Teman diskusi yang mungkin tidak bisa mengendalikan atau menghilangkan suatu permasalahan, tapi setidaknya membuat lebih terbukanya jalan pikiran. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolehkah Aku Seegois Ini?

Perasaan Semu

SayHay