Bermula

Awalnya, aku selalu merasa tidak punya keberanian untuk memberitahu dan menyebarluaskan sebuah kesenanganku dalam menulis. Semakin banyak membaca, semakin aku merasa tidak punya nyali untuk itu. Setiap kali membaca tulisan orang lain, maka semakin merasa tidak akan pernah ada ruang terbuka untuk aku bisa masuk ke dalam dunia meraka. Tapi sebentar, ruang apa yang aku maksud?

Jelas-jelas ruang itu adalah ruang yang aku buat untuk menyekat diri sendiri. Mereka tidak pernah membentuk ruang. Bahkan yang ada saling mendukung dalam ruang yang tidak pernah tertutup untuk saling berbagi. Lalu kenapa aku harus takut? 

Hanya menyampaikan sebuah perasaan dalam hati yang aku convert menjadi teks. Rasanya itu tidak di luar norma. Ya memang belum mampu sejajar dengan banyaknya kiasan yang meraka gunakan. Kosa kata juga hanya sebatas ingatan. Belum lagi perihal lentikan yang tidak bisa mengimbangi lentikan jari mereka yang tiada henti menekan tombol qwerty pada dini hari.

Ah. Cukup untuk membandingkan. Jika menjadi kebiasaan, aku tidak akan bisa keluar dari lingkaran buruk yang tidak pernah ada kata syukur di dalamnya. Pertanyaan yang sama, lalu kenapa harus takut?

Semua orang yang hidup pasti punya cerita. Semua orang punya pendapat. Semua orang juga punya sebuah kewajiban untuk menghargai dan harus dijunjung tinggi. Ingat, bukan hanya pada orang lain, diri sendiri juga harus dihargai. Maka hari demi hari, aku tulis saja apa yang mau aku tulis. Cepat atau lambat. Panjang atau pendek. Hiperbola atau ironi. Mendayuh atau berbahagia hati. Nyata atau ilusi. Kritik pedas atau sekedar emosi. Tinggal bagaimana suasana hati. Kabar baiknya, kepercayaan diri terus meningkat. Ketakutan kian menyusut.

Aku tidak perlu berhenti untuk menulis. Apalagi berhenti membaca. Semua orang punya gaya sendiri dalam menulis. Bahkan dalam satu cerita yang sama sekalipun, seratus penulis dapat mengisahkannya dengan cara pengemasan yang menjadi pembeda. Jangan pula tanamkan keinginan menjadi “plagiat” dalam diri. Itu jelas sudah beda jalur. Dari awal aku sudah menyusun jalan lurus dan tidak ingin berbelok.  

Lalu perihal tujuan menulis. Aku tidak pernah tau untuk apa. Menulis menjadi salah satu kebiasaan yang aku gemari, di kamar dan seorang diri. File-file hanya memenuhi folder yang aku simpan rapi di local disk. Maka aku putuskan blog yang sebelumnya hanya menjadi tugas sekolah ini, aku ubah menjadi wadah penampungan kumpulan kata. Tidak pernah tau juga siapa yang akan tertarik untuk membaca. Selama aku ingin menyebarluaskan itu, ya lakukan saja. Mereka peduli atau tidak. Apa masalahnya? 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolehkah Aku Seegois Ini?

Perasaan Semu

SayHay