Lampu Merah
Ada hal yang sangat membosankan tapi dilakukan berulang-ulang. Sejujurnya, semua itu bukan keinginan. Tidak ada hasrat juga untuk terus berdiam dalam satu jangkauan. Tuntutan dan kebutuhan. Kedua itu mungkin berupa alasan.
Atas apa yang telah dilakukan. Kebahagiaan akan muncul seiring lampu hijau yang diberikan. Bahkan ketika ada yang ingin berjumpa secara langsung, rasanya siaga 45. Diri ini cepat-cepat bersiap, ingin berangkat. Bukan tergesa-gesa. Bukan juga karena tidak peduli dengan apa yang akan terjadi di jalan. Tapi aku tahu betapa sulitnya meyakinkan. Berusaha tidak mengecewakan.
Kadang, aku menganggap semua bisa dilakukan dengan baik. Hanya dengan tidak keluar dari jalur yang telah dibuat oleh jalan. Aku merasa sedang berjalan di tengah kerumunan orang dengan kesibukannya. Aku seorang diri. Tengah berusaha menyingkir. Berusaha untuk bisa melewati mobil-mobil besar dan tidak mendengarkan kebisingan. Aku hanya ingin sampai pada tujuan. Demi kalian, bukan aku.
Tapi nyatanya, tidak selurus perkiraan. Lampu hijau yang diberikan jalan, tidak akan berarti jika lampu merahnya ada di dalam sangkar. Lagi-lagi. Untuk kesekian kalinya. Hanya menjadi sebuah harapan dan semoga tidak terjadi penyesalan. Ada batasan yang terlalu kuat, yang tidak akan pernah bisa aku terobos. Aku mengepal tangan, menopang badan, bergerak perlahan. Aku harus memutar arah, kembali ke titik awal.
Komentar
Posting Komentar