Berjalan Bagai Siput
Hari itu. Aku mendapat secarik kertas darimu. Isinya begini, "Kadang Aku bertanya dengan Tuhan. Kenapa harus dipertemukan denganmu? Bukankah itu takdir yang indah? Bagiku itu layaknya penyiksaan yang kau beri secara perlahan. Ketika kita sudah tak lagi dalam satu naungan payung. Apakah cerita indah ini akan tetap tertulis?"
Aku dan kamu memang sama. Terlalu pecundang untuk saling mengungkapkan. Aku juga takut menghadapi hari dimana mungkin waktu tidak lagi berbaik hati. Kita akan menuju arah yang berbeda. Aku dan kamu tidak lagi dalam satu ruang, tak lagi sejalan, dan tak lagi bersama. Kita akan memiliki pilihan masing-masing yang membuat hubungan kita menjadi renggang, dan Aku merasa kebahagiaanku akan berkurang setelah kamu pergi.
Sejujurnya, Aku tak ingin ini terhenti. Walau Aku tau, bahwa akan ada penutup, jika ada pendahuluan. Tapi Aku masih ingin melanjutkan isi dan tidak ingin penutup yang seperti ini.
"Bisakah kau biarkan kisah ini berjalan bagai siput yang menikmati waktunya secara perlahan, tanpa harus dikejar atau dihentikan." kataku.
Komentar
Posting Komentar