Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Catatan Kecilku Untuk Kamu

Kopi memang tak mampu menidurkanku, apalagi untuk melupakanmu.  Bagaimana bisa aku berjalan dengan sosok lain sedang aku selalu teringat akan bayangmu. Ini mungkin sudah kelewatan bagimu. Tapi bagiku,  ini bukan sekedar permainan yang hanya ingin menuai pembicaraan tentang dirimu atau diriku.

Dimana Kamu Berada?

Untuk kamu Sang penikmat rasa, Sudah sampai dimana kau berada? Masihkah terjerat dalam lautan berombak? Atau sudah berjalan riang di atas pasir tak berkerikil? Wahai kau penikmat rasa, Mampukah kamu berada di tirai hitam tak bertuan, Lantas menelaah setiap langkah tanpa bergerak Bersembunyi pintar di bawah bayangan Tertawa riang padahal kau terhadang perasaan Atau kamu sedang berada di tirai putih? Bercahaya matahari yang kemudian bersama bintang Tak bersembunyi tanpa ketakutan Lalu tertawa riang tak takut ketauan? Wahai kau penikmat rasa, Sedang dimana kamu sebenarnya berada?  27 Oktober 2016

Untuk yang sedang bahagia (2)

Malam makin menjadi malam Gelap semakin hitam Angin berhembus kemesraan Menusuk penuh secara perlahan Rindu ini menggebu Teriak penuh kebodohan Lalu apa mesra itu? Tak ada! Bohong! Hanya sebuah pikiran yang semu Mengelabuhi malam yang hanya diam Kemudian menguras malam pada kegalauan

Untuk yang sedang bahagia (1)

Di bawah hitam penuh hujan Bersandar pada ketidakpahaman Aku melihat obor yang padam Lantas bercermin pada sebuah kisah lampau Usang dan Usai Tak cemburukah kau pada siput yang selalu ditemani cangkang? Mungkin dia masih sanggup berjalan Tapi jalannya bagai tak bertuan

Kamu Bersama Rindu

Kepada kamu yang jauh di sana Malam ini kita beratap langit yang sendu Kataku itu karna rindu Katamu apa akan hal itu? Mungkin sama sepertiku Sudahlah mari kita biarkan langit mulai menerang Biarkan juga rindu ini tetap menggenang 24 September 2016 Di atas mobil unik.

Cinta Baru

Perkenalkan. Namaku Annisa Giya Fahrani. Semua orang akrab memanggilku dengan Gee (re: Gi) . Usiaku beranjak 18 tahun. Sebentar lagi akan melepas masa sweet seventeen ku. Masa dimana Aku mulai membuka diri. Masa dimana Aku mulai berani memahami hal selain tumpukan buku-buku yang sering kali menjadi teman dalam hidupku. Masa dimana hal itu membawaku pergi layaknya berkunjung ke sebuah taman penuh dengan bunga indah. Hal tersebut yang membuatku mengerti akan keindahan dan kebahagian. Panggil saja hal tersebut dengan sebutan sakral, cinta.

Perasaan Tak Bersalah

"Ayolah Aku tak mungkin terjerat oleh rasa yang jelas seharusnya tidak ada." gumamku dalam hati. Kali ini, di bawah bintang yang bertebaran. Di atas kursi kayu panjang yang dihempas oleh angin malam. Aku sendiri tak urung masuk ke kamar. Memilih tak berdialog. Terdiam mengikuti perginya angan-angan. Namanya Romi. Kami tak bersekolah dasar yang sama. Begitu juga dengan sekolah menengah pertama, menengah ke atas, dan juga tidak satu universitas. Kami berjarak tiga tahun. Jelas, dia lebih dewasa dibandingkanku. Kami mendiami kota yang sama. Hanya berbeda wilayah. Tapi sekarang, untuk beberapa bulan kedepan, kita berbeda kota, Aku kembali ke kota orang untuk melanjutkan kuliah. Itu kami. Berawal dari sosial media kami dipertemukan. **

Netralis

Kepadamu yang baru saja aku kenal, kau berhasil menorehkan goresan cukup dalam. Saat ini aku ingin bercerita kepada orang yang ingin mendengarkan. Alasan sama membangun komunitas tercinta, membuat kami bertemu dalam rasa. Mungkin aku lebih dulu mengenalnya sebelum dia menyadari bahwa ada namaku dalam ruang yang sama. Perkenalkan Aku hanya gadis yang mencoba berperan selaras dengan namaku, Indah. Aku mencoba menjalani hidup dengan indah sebagaimana mestinya. Aku mencoba mengelokkan diri dengan tutur dan perbuatan yang baik. Aku hanya berusaha menjadi indah yang mengindahkan semua orang.  Semua orang yang masuk duniaku pasti tahu.   Ada beberapa sikap dalam diriku yang tak bisa aku sembunyikan. Menjaga tutur yang baik bukan berarti aku harus diam. Aku gadis super aktif, kata orang. Cadangan energiku terbilang sangat banyak dan selalu menjadi orang berakal dimana orang lain sudah mulai terlelap. Tentu semua orang hanya bisa memprediksi. Seperti halnya dengan Aku yang mem...

Paginya Ciptaan

Pagi yang amat syahdu Paru-paruku seakan runtuh dari bedu Napasku bergitu ringan tak membelenggu Pancaran awan tak lagi membisu Langit dan air menyatu dalam biru Hempasan diri tak ingin memecah Membiarkan semua dalam tenang Begitupun ombak dan angin yang belum dipertemukan Hanya ditemani pasir halus dengan lamunan Menyaksikan begitu indahnya sebuah ciptaan 8 Juni 2016

Lagi-Lagi

Lalu lagi-lagi bersama malam Lagi-lagi harus mendengar gesekan ban dengan aspal Lagi-lagi menonton kilauan lampu dalam gelap Lagi-lagi meramaikan kesunyian tanpa sadar akan kebodohan Lagi-lagi menemani angin berarak bergantian Dan lagi-lagi terus berputar pada lagi-lagi yang tak ingin terhentikan

Puisi Haiku

#Haiku Haiku adalah salah satu jenis puisi yang berasal dari Jepang. Puisi ini biasanya menggunakan ilusi dan perbandingan serta menggambarkan suatu keadaan. Dalam baitnya terdiri atas 17 suku kata yang terbagi menjadi 3 larik, larik pertama 5 suku, larik kedua 7 suku, dan larik ketiga 5 suku (Sumber : KBBI). Adapun beberapa contoh dari jenis puisi Haiku yang saya buat sendiri adalah sebagai berikut :

Pertemuan Rasa

Matahari tepat berada di atas kepala. Kendaraan memadati jalanan. Lampu merah sedang mendapat giliran. Massa lainnya berhamburan mencari kesibukan. Aku masih sibuk berada di antrian fotokopi untuk menduplikat beberapa dokumen yang harus Aku bawa meeting sore ini. Dokumenku sudah siap. Belum lama Aku berjalan, matahari mulai tidak bersahabat. Awan hitam iri pada awan biru yang sejak tadi muncul di permukaan. Ia mengambil alih saat ini. Rintik hujan mulai turun menerpa bumi. Lagi-lagi selalu hujan yang mengacaukan urusanku. Massa mulai panik mencari tempat pelindung. Halte adalah tempat tujuanku. Telat. Sudah banyak massa yang berdesakkan menghindar dari air. Aku mulai melangkah dengan kecepatan tinggi. Langkah kaki membawa air yang sudah menggenang. Pandanganku tertempel pada suatu kedai kopi. Tanpa berpikir panjang. Tempat yang tidak terlalu besar itu cukup pas dijadikan tempat meneduh. Aku langsung kearah meja panjang yang sudah terpasang menu. Kursi panjang di depannya sudah terisi...

Alarm Istimewaku Terkalahkan

Kisah Kramadjati Hingar-bingar massa mendengungkan telinga Matahari terbangun menyapa bahagia Kursi panjang dari semen pasir hanya terisi oleh kita Renyahnya canda tawa mewarnai pagi hari Aku tak banyak berbicara apalagi bercerita Aku hanya lebih ingin mendengarkan Aku hanya lebih ingin memperhatikan Kemudian… kisah ini berhenti

Tepat untuk Datang

Hujan selalu tepat untuk datang Ketika keringnya hati butuh siraman Pelangi selalu tepat untuk datang Membuat abunya hati menjadi beragam Matahari selalu tepat untuk datang Pintar menerobos cahaya gelap yang butuh sinar Bintang dan bulan selalu tepat untuk datang  Menemani diri dalam malam hari yang kelam Lalu siapa lagi yang akan tepat untuk datang?

Postingan populer dari blog ini

Bolehkah Aku Seegois Ini?

Perasaan Semu

SayHay