Catatan Kecilku Untuk Kamu
Kopi memang tak mampu menidurkanku, apalagi untuk melupakanmu. Bagaimana bisa aku berjalan dengan sosok lain sedang aku selalu teringat akan bayangmu. Ini mungkin sudah kelewatan bagimu. Tapi bagiku, ini bukan sekedar permainan yang hanya ingin menuai pembicaraan tentang dirimu atau diriku.
Perasaan yang tak bisa aku lukiskan dengan lisan, maka dengan ini aku tuliskan. Bagiku, kita adalah teman yang menghasilkan kenyamanan. Bagiku, aku denganmu adalah main-main yang terlanjur membuahkan perasaan. Lalu aku harus apa? Ketika kau lagi-lagi menyakitiku dan aku hanya bisa mengadu pada teman dekatku. Lagi lagi kau memberitahu kebenaran yang tak bisa aku bohongi, bahwa aku sakit menerimanya. Aku terlanjur sakit untuk sekian kalinya.
Ini catatan kecilku untuk kamu yang tak ingin aku ganggu. Kata orang, kita akan bahagia melihat orang yang kita sayangi bahagia walaupun bersama orang lain. Aku ingin begitu. Bisa tolong ajarkanku siapa pun kalian yang pintar menyembunyikan rasa? Karena kataku, itu palsu. Itu hanya kebahagian yang dibalut dengan kebohongan. Membaca caption penuh cinta. Melihat foto yang terpajang berdua. Pembohongan besar jika kau tak merasakan sakit sedikitpun! Bukan mengumbar sakit. Ku ulangi, bahwa ini hanya tulisan. Tulisan aku yang dahulu terbiasa bersamamu. Tapi tak apa. Kini aku terbiasa berdiam diri jika ada kamu. Walau sekarang, aku yang perlu berpikir keras jika ingin berbicara padamu. Oke. Semua butuh waktu. Melupakan bahwa kau pernah singgah. Melupakan bahwa kau pernah membuat aku menjadi orang terbahagia. Melupakan kau yang selalu membuat sejuta keajaiban. Melupakan bahwa kau pernah sengaja menjauhiku. Melupakan bahwa kau pernah mendiamiku demi menjaga perasaan dia. Melupakan bahwa kau tak menghiraukanku lagi. Melupakan kejadian yang sungguh sulit untuk dilupakan. Ya... Semua memang butuh waktu.
Dan untuk kalian, Jika kau merasakan rasa yang aku rasakan. Bersabarlah karena aku tau betul apa yang kau rasa. Berdoalah, tapi jangan mendoakan perpisahan mereka yang sudah bahagia, padahal aku tau betul hal itu yang akan membuatmu gembira. Tapi tenanglah kau juga akan bahagia entah bersamanya atau dengan yang lainnya. Kemudian berjalanlah bersama teman yang selalu membuatmu tertawa. Aku tau, tawamu palsu ketika itu. Mungkin kau hanya berpura-pura bahagia di saat hatimu sangat terluka. Tapi percayakan saja, bahwa dari pura-pura itu bisa menjadi terbiasa. Berusahalah senyum yang ikhlas saat berada di dekatnya. Kataku, pasti rindu yang kau rasa. Tapi bertahanlah. Biarkan rindu menjelma menjadi angin yang mungkin sedang mengangan-angan. Ini bagiku dan bagi kalian. Diam mungkin cukup bisa membantumu berpikir. Bahwa lama-lama kau tak akan tahan terus bersembunyi dalam kesedihan di belakang kebahagian mereka.
Komentar
Posting Komentar