Postingan

Bolehkah Aku Seegois Ini?

Botol minum di meja sudah tinggal kemasan. Aku sibuk bercerita, sedang kamu mengiyakan. Anehnya, mulutku seakan berbusa tak mau dibasuh. Emosiku stabil atau kadang juga menggetir. Aku lupa bagaimana harimu yang mungkin juga berat, tapi seakan ringan menjadi pendengar yang mudah memberikan tanggapan. Aku mengekpresikan apapun yang terlintas di pikiran. Banyak hal yang tak jadi pertimbangan, langsung aku utarakan. Termasuk bagaimana keadaanmu yang tak bisa aku kendalikan. Tutur cerita yang aku anggap biasa, bisa jadi kamu tak setuju. Sifat yang aku kira wajar, bisa jadi kamu tau bahwa itu tidak perlu. Keanehan lainnya, bagaimana aku jadi mudah menangis di sampingmu? Tidakkah kamu malu?  Tak ada lagi tangisan yang akan pantas dilihat, kecuali hanya saat aku duduk bersamamu. Walaupun aku tau kamu sedang kalut, aku masih memperdebatkan perasaan ingin tau, tapi juga tak ingin tau. Bolehkah aku segois ini untuk meminjam dirimu dalam kondisi baik-baik saja? Bolehkah aku segois ini untuk te...

Emosi

Dia hanya anak kecil yang belum paham dunia. Raut wajah lucu, belum berdosa. Makan dan minum semaunya tanpa memikirkan apa-apa. Beda dengan orang dewasa, penuh pertimbangan dan seharusnya lebih paham mana yang salah dan benar.  Umpatan kasar tak cukup orang itu terima. Meninggalkan seorang anak kecil yang masih haus kasih sayang. Anak kecil yang harusnya orang itu ajarkan kebaikan, tapi malah menerima kebiadaban. Bajingan. Sumpah serapah biar aku lontarkan. Otakku berhenti berpikir, apapun alasan yang dijadikan kekuatan tidak pernah masuk di akal. Tanggung jawab hanya sebuah janji manis yang hanya tertinggal di mulut orang itu. Bahkan rasa rindu tidak pernah membuat orang itu kembali. Apakah benar ada rasa kasih sayang? Mati sudah sebuah harapan.  Anak kecil yang ditinggalkan, akan tumbuh besar dengan sehat dan akan menjadi pembuktian. Tanpa orang itu kembali, hidup dia tidak pernah sepi.

Selamat Tinggal, Ramadan

Ramadan kali ini mungkin terasa berbeda. Banyak hal yang harus ditinggalkan, dilupakan, dimaafkan, disesalkan, dan dilapangkan. Tapi tak terlupakan bahwa begitu banyak Nikmat yang juga membahagiakan. Semoga syukur selalu membuat kita tersadar bahwa Allah sejatinya Maha Baik atas segala kejadian. Selamat tinggal Ramadan! Semoga Allah mengizinkan kita kembali berjumpa. Semoga Allah menerima amalan kita semua.  Untuk semua, semoga hati kalian bisa lapang memaafkan atas segala perbuatan dan perkataan yang kurang berkenan. Semoga esok hari, kita bisa benar-benar membersihkan hati dan kembali fitri.  Taqaballahu minna wa minkum. Selamat merayakan lebaran 🥹🤍

Malam ke-27

Cahayamu semakin terang, tapi perlahan menjauh dari penglihatan Aku berlari ingin mengejar Bersemangat menuju malam-malam yang sangat dinantikan Berharap merasakan angin malam di bawah pelantaran Beramai-ramai memuji dan melakukan kebaikan Tapi sayangnya, aku tertahan Kakiku lemas sulit berdiri Menyaksikan kejadian yang selalu datang dengan tidak pasti Merenggek enggan terima, tapi sudah menjadi takdir Ilahi Rasanya belum apa-apa Masih sangat lalai dan jauh dari kata terang Aku menangis, meratapi yang sudah terjadi

Perasaan Semu

Aku kira kamu adalah perwujudan doa-doaku yang didengar, tapi aku keliru. Aku tak pernah menduga akan sampai di sebuah ruang yang sudah terisi, dengan isian lengkap. Salahnya, aku sudah melewati pintu dan masuk ke dalamnya. Aku penasaran, lalu tanpa sadar dengan berani melangkah maju. Tidak ada pikiran lain selain aku yang sangat antusias mengenal ruangan itu. Hari demi hari, harapanku untuk tetap berada di dalam ruangan itu kian muncul. Terus memanjakan perasaan bahagiaku. Hanya duduk bersama, bercerita dan bertukar pikiran sudah membuatku tenang berada di dalam. Sebelum tau bahwa ternyata ada perasaan yang lebih pantas untuk dibahagiakanmu. Aku ingin sekali memenuhi ruangan itu. Aku ingin tidak satupun orang lain yang masuk kesana. Aku ingin menciptakan suasana riang gembira dan penuh prasangka baik yang tadinya tidak aku temukan. Aku hanya mau aku yang berada di sana. Menata hidup untuk lebih baik dan membangun mimpi-mimpi bersama. Tapi, itu semua itu hanya harapan yang tak pernah b...

Dua Puluh Enam - Tujuh

Setahun berlalu tanpa tulisan. Bukan lupa, ini adalah sebuah kesengajaan. Aku terlalu larut menikmati tahun kemarin. Menelan semua bahagia dan sedih dalam satu waktu. Menggigit harapan yang belum juga terwujud. Kadang tarikan bersedih diriku memang lebih kuat, tapi beruntungnya aku selalu dikelilingi orang-orang yang mau menarikku untuk terus berada di daratan kebahagiaan untuk menginjak bumi dan tidak lupa bahwa banyak hal yang patut kita syukuri. Begitu juga tahun ini. Waktu memang cepat berlalu, kadang juga sangat pelan sehingga detik satu menuju detik selanjutnya terasa sangat lama dan menyesakkan. Apalagi jika ujian datang di saat aku sendiri masih tenggelam dalam permasalahan pribadi. Lantas apakah masalahku ini pantas untuk aku pikirkan di saat yang lain sedang kesulitan? membahasnya saja aku tidak berani. Aku telan semuanya sendiri. Tapi, ketika aku mulai mual, perutku penuh dan tidak bisa menampung lagi, muntahkan saja. Ada saatnya, aku harus berbagi. Tidak semua harus dilalui...

Sampai Garis Finish

Pesanku tak kunjung ceklis dua pertanda terkirim. Sejenak aku berpikir, apakah hal ini sudah kamu pikirkan jauh-jauh hari? apakah kamu terlalu lelah untuk terus merasa terabaikan? Sampai-sampai kamu membuat perbatasan menjadi jawaban. Sosial mediamu juga menghilang. Kamu berhasil pergi tanpa jejak yang bisa aku ikuti. Aku tak menemukan jawaban selain kepergianmu adalah hal yang pasti. Hal yang sempat aku minta kepadamu, kamu turuti. Harusnya aku bersyukur karena ini terjadi, tapi ada perasaan aneh yang kerap menghantui. Untuk sekian kalinya, Aku harus beradaptasi lagi. Kemarin, bibirku lebih sering mengucapkan kata-kata yang tak ingin kamu dengar, sekarang hanya ingin menyampaikan maaf yang beriringan isak tangis. Dari sudut pandangku, pergi adalah satu-satunya cara terbaikmu untuk berpisah dan belajar melupakanku. Tanpa berbicara, tanpa pamit, tanpa apapun yang membuatmu berat untuk menaruh kembali keputusan ini. Pasti kalau kamu ada, kamu akan bilang begini, "Aku kan belajar dar...

Postingan populer dari blog ini

Bolehkah Aku Seegois Ini?

Perasaan Semu

SayHay