Perasaan Semu
Aku kira kamu adalah perwujudan doa-doaku yang didengar, tapi aku keliru. Aku tak pernah menduga akan sampai di sebuah ruang yang sudah terisi, dengan isian lengkap. Salahnya, aku sudah melewati pintu dan masuk ke dalamnya. Aku penasaran, lalu tanpa sadar dengan berani melangkah maju. Tidak ada pikiran lain selain aku yang sangat antusias mengenal ruangan itu. Hari demi hari, harapanku untuk tetap berada di dalam ruangan itu kian muncul. Terus memanjakan perasaan bahagiaku. Hanya duduk bersama, bercerita dan bertukar pikiran sudah membuatku tenang berada di dalam.
Sebelum tau bahwa ternyata ada perasaan yang lebih pantas untuk dibahagiakanmu. Aku ingin sekali memenuhi ruangan itu. Aku ingin tidak satupun orang lain yang masuk kesana. Aku ingin menciptakan suasana riang gembira dan penuh prasangka baik yang tadinya tidak aku temukan. Aku hanya mau aku yang berada di sana. Menata hidup untuk lebih baik dan membangun mimpi-mimpi bersama. Tapi, itu semua itu hanya harapan yang tak pernah berani aku doakan.
Berulang kali aku berpikir, bersamamu lebih lama hanya menanam perasaan sakit menjadi lebih besar. Aku tau, perasaan jatuh cinta memang datang begitu saja. Mengalir tanpa tau alasannya, tak pernah diundang untuk datang kehadirannya. Aku mengakuinya dan memaklumi dengan berat terhadap apa yang kamu rasakan, karena aku pun jatuh ke dalamnya. Tapi dalam ruangan itu, ada kewajiban yang harus kamu penuhi. Ada perasaan yang seharusnya kamu jaga. Ada harapan yang seharusnya tidak kamu kecewakan. Ada cinta yang lebih besar yang ditujukan untuk kamu, dan aku tak berhak untuk ikut serta di dalamnya. Perasaan yang kamu bilang tulus dan terasa tulus itu, mungkin memang hanya terlihat indah di mata kita, perasaan yang tak boleh terjadi itu, hanyalah perasaan semu belaka.
Selagi aku belum berjalan jauh. Mungkin hanya butuh waktu sebentar untuk berputar arah menuju pintu keluar. Tapi perlu diakui, memang tidak semudah itu. Lagi pula, memangnya ada yang dengan mudah perihal melupakan? Berat sekali melepaskan rasa nyaman dan aman aku kepadamu yang masih sering aku temui. Aku menahan diri untuk tidak mengikuti pikiran gilaku dan merasa baik-baik saja di kehidupan. Jujur saja, aku ingin marah. Aku ingin marah kepadamu yang menarikku masuk ke dalam ruangan itu tanpa tau bahwa sudah ada yang menempati. Aku ingin marah kepadamu dengan segala tingkah manis dan lucu yang membuatku tetap ingin tinggal. Tapi amarahku hanya bisa aku lampiaskan lewat tangisan. Aku yakin, selalu ada hal baik yang bisa kita ambil dari tiap kejadian. Dan semoga tangisanku, rasa sedihmu, akan menjadi kebahagiaan di jalan yang benar.
Aku kira sudah cukup dan aku harap kamu mau mengerti. Seperti masuk, aku juga ingin keluar dengan penuh keberanian. Walau takut kian menghantui. Tapi ketakutan untuk tidak pergi juga tak pernah kalah mendominasi. Aku takut berjalan terlalu jauh sampai meyakini ini sebagai hal yang wajar. Aku tidak ingin melanjutkan. Perasaan sama mungkin kita miliki, tapi sama bukan berarti harus bersama, terutama kita sadar bahwa perasaan semu ini terjadi dalam satu waktu yang tidak didukung semesta.
Komentar
Posting Komentar