Satu Tahun Kerja di OutSourcing


Dua bulan yang lalu. Gue berpikir cukup lama, menimbang satu, dua dan beberapa hal lainnya. Pada akhirnya gue memutuskan : Gue engga bisa stay di sini. Mungkin bulan depan bisa jadi bulan terakhir. Gue mau cabut.

***

Pemikiran gue yang merupakan hasil melihat dari berbagai sudut pandang itu, akhirnya gue utarakan. Sebelumnya, gue mencoba konsultasi dengan keluarga, terlebih kedua orangtua. Bersyukurnya orangtua gue adalah orangtua yang menjatuhkan segala keputusan itu sama anaknya sendiri. Mereka bilang “Kamu yang jalanin dan kamu yang merasakan. Ikutin kata hati kamu”.
Selain itu, gue cukup senang berdiskusi. Banyak orang yang selalu gue ajak sharing. Mendengar pendapat mereka, mendengar kritikan mereka, mendengar pengalaman mereka. Sejujurnya ini sangat membantu gue untuk memutuskan apa yang gue putuskan.

Oke. Siang itu, gue cuma berdua sama atasan gue dan gue memberanikan diri untuk bilang, kalo gue mau resign. Seperti judul yang gue kasih, gue bekerja di perusahaan outsourcing dan ditempatkan di perusahaan yang berskala internasional.

Awalnya gue engga tau kalau tawaran kerjaan yang gue dapet dari tetangga ini ternyata outsourcing -bisa disebut OS-, singkat cerita gue diterima dan gue belajar banyak hal. Terutama kata, sabar.
Ya. Sabar perlu banget buat kamu-kamu yang mungkin bakal kerja di OS. Bukan gue menakut-nakuti. Tapi for the real story yang gue alami dan gue mau berbagi.

Kontrak gue itu satu tahun dua bulan. Jadi masuk oktober 2018 dan harusnya selesai desember 2019 ini. By the way, gue kerja sebagai admin. Gaji gue sebenarnya di atas UMR, terbilang cukup untuk freshgraduate. Maksud gaji di sini itu gaji yang udah benar-benar bersih, yang masuk ke rekening gue ya. Jadi kalo kerja OS itu biasanya gajinya dipotong, bayar jasa OSnya gitu. Gue sempet sih penasaran gaji asli gue berapa, dan ternyata potongan OS juga bisa dibilang besar lho teman-teman. Gue dapat tunjangan kesehatan dan keselamatan kerja, uang makan udah gabung sama gaji perbulan, dan engga ada overtime.

Oke, kenapa gue bilang harus sabar? Karna sebaik apapun lingkungan kerja pasti selalu ada pembeda antara under perusahaan langsung dengan OS. Oke, hal pertama pembeda yang sangat jelas bagi gue adalah seragam. Jadi gue ibarat pewarna kuning yang disekelilingnya adalah hitam. Tapi ada beberapa OS yang seragam itu disamaratakan juga, balik lagi dengan regulasi perusahaan ya.

Kedua, gaji yang dipotong. Seperti yang udah gue singgung di atas, jadi ketika tanda tangan kontrak itu harus sudah jelas berapa gaji yang akan kita terima. Gaji sebenar-benarnya pasti akan jauh lebih tinggi dibanding jumlah angka yang tertera di kontrak perusahaan OS itu dan biasanya pihak OS tidak akan memberitahu gaji underperusahaan tempat kita bekerja itu berapa. Awalnya gue engga masalah, karna gue rasa gaji gue masih mencukupi, terlebih gue masih bisa pulang pergi ke rumah.

Pelajaran sabar ketiga adalah jangan berharap untuk ikut serta kegiatan gathering atau apapun semacamnya. Harus banyak sadar diri emang. Anak OS memang tidak dianggarkan untuk ikuta acara happy-happy di luar kantor. Jangankan di luar kantor, acara di dalam kantorpun kita tidak diperkenankan untuk gabung, malah bisa jadi dilarang (ini pengalaman teman kantor gue yang sama-sama OS ya). Bisa bayangkan engga perasaan gue ketika semua orang siap-siap mau gathering/acara kantor sedangkan gue masih saja bergelut dengan kerjaan? Udah jangan deh, cukup gue aja yang merasakannya, ini berat. HAHA. Gue engga tau apa ini pengaruh karena gue perempuan jadi lebih perasa, atau memang semua anak OS merasakan apa yang gue rasakan?

Tapi gini, menurut pandangan gue. Hal-hal kaya gini perlu dihilangkan deh. Why not gitu perusahaan tidak bisa memberi anggaran lebih untuk keikutsertaan anak OS. Pikiran gue, anak OS tidak diistimewakan dengan tidak bekerja lebih sedikit dibanding yang lain. Malah anak OS kadang bekerja lebih banyak tanpa apresiasi dari perusahaan itu. At least, kerjaan kita sama. Tujuan kita bekerja untuk bantu perusahaan sama. Cape juga sama. Harusnya rehat dari kerjaan juga bisa sama dong. Sama-sama atur napas agar bisa berlari lebih jauh kan bukan kesalahan. Banyak perusahaan yang tidak berpikir ke arah sana kayanya. Mereka hanya mementingkan kegiatan pribadi dan tidak ingin mengeluarkan uang lebih banyak. Padahal dalam satu kantor mungkin OSnya hanya beberapa, yang pasti tidak lebih banyak dibanding pegawainya non-OS.

Sabar keempat ini perihal perusahaan OSnya. Cara mereka merekap data hadir pegawai juga kadang berbeda. Ada yang memang meminta data dari perusahaan tempat kita berbeda, ada yang manual seperti menulis sendiri dikertas, dan ada yang lewat aplikasi. Dan gue merasakan absen kehadiran melalui aplikasi. Menurut gue sebenernya ini juga kurang efektif, terlebih sering kali aplikasi itu suka eror. Dan dua bulan terakhir gue kerja, gaji gue dipotong cukup besar karena masalah absen di aplikasi tersebut. Tapi dibalikin ko, cuma ya nunggu bulan depan. Harus sabar kan ya, sabar banget. Padahal untuk memperoleh data yang lebih efektif, jika OS tidak mau meninta data dari pegawai non-OS terkait absen, kenapa pihak OS tidak memberikan alat fingerprint di tiap perusahaan yang ada anak OSnya tersebut, jadi data akan terekap lebih valid.

Selanjutnya, lifestyle. Beruntunglah bagi kalian yang lifestyle lingkungan kerjanya masih berada ditahap normal. Lalu apa masalahnya sama anak OS? berani mendekat malah semakin membuat jarak. Tanpa disadari, mungkin karena lifestyle yang berbeda itu, otomatis gue akan merasa lebih nyaman untuk berteman dengan anak-anak OS lainnya. Bagusnya di kantor gue itu ada program yang membutuhkan beberapa anak OS. Entah kenapa gue merasa mereka adalah penyelamat hidup gue, setelah gue kehilangan teman sesama anak OS gue yang keluar. Bagaimana pun, gue cupu banget karena merasa minder. Gue jadi merasa terlalu kasian dengan diri gue ketika mengulas kembali cerita-cerita di sana. Gue selalu merasa ada benang kusut yang antara gue dan mereka kalo lagi kumpul. Sejujurnya, gue engga mau kalo ini cuma mindset gue doang yang berpikir negatif tapi ketika gue sharing ke teman gue, dia juga merasakan kejanggalan yang sama.

Kata sabar lainnya yaitu sabar terhadap omongan dan pandangan mereka. Contohnya begini, apa tidak bisa menawari makanan dengan hanya bilang “ayo makan sini” tidak perlu ditambahkan “ayo makan, banyak makanan sisa ko” hati gue mau nangis rasanya. Memang, tidak bisa dipungkiri seringkali ada orang-orang yang berkata tidak mengenakan hati dan merasa itu becanda, dan gue hanya bisa tersenyum getir. Gue hanya bisa mencoba untuk menguatkan hati sendiri, membodoamatkan perlakuan atau perkataan mereka. Gue kerja hanya kerja di sini, ini adalah kalimat yang gue tekankan dengan diri gue. Karena di sini gue engga bisa mendapatkan keluarga atau teman hangout seperti yang lain. Ya.. walaupun tidak semuanya begitu. Ada banyak juga orang-orang yang peduli kepada gue, enak diajak ngobrol, dan tidak suka membedakan. Tapi nyatanya semua orang yang tidak ingin membedakan juga menjadi berbeda jika pihak kantor sendiri yang mengharuskan mereka untuk membedakan.

Satu tahun adalah waktu yang gue rasa cukup menahan sabar di sini. Mungkin ada banyak dari kalian yang berpikir waktu satu tahun adalah waktu yang sangat sebentar, tapi percaya deh dengan hal yang udah gue paparin di atas, tidak ada hal yang bisa buat gue bertahan lebih lama lagi. Intinya di luar banyak ilmu yang telah gue raih di sini, gue merasa gue perlu keluar dari zona nyaman yang tidak nyaman ini. Maka keputusan telah bulat gue buat. Jika kalian tanya, apakah ada kerjaan lain setelah ini? Pasti ada. Cuma gue sendiri belum tau dimana dan kerja apa dan gue belum mempersiapkan apapun ketika itu. Gue termasuk orang yang harus fokus mengerjakan satu-satu, terlebih kerjaan gue kemarin itu termasuk kerjaan yang tidak bisa ditinggalkan karena tidak ada yang bisa backup.

Nah untuk kalian yang baru mencoba dunia kerja, silahkan mencoba jika penasaran dengan sistem OS itu seperti apa, kalian bisa langsung datang saja ke perusahaan terkait. Ohya perlu diingat ya, tidak semua regulasi OS itu sama. Mungkin di luar sana, ada OS yang lebih baik dari yang gue alami ini.

Sekarang ini gue lagi nikmatin dulu waktu bareng mamah dan masih berjuang mencari pekerjaan lain. Doain ya semoga gue bisa kerja di tempat yang lebih baik.

Buat kamu yang bertahun-tahun kerja di OS dan masih sabar, I’m proud of you pokoknya! Semangat buat yang sedang kerja. Yang belum kerja juga semangat untuk terus mencoba. Jangan lupa bersyukuuuuur  J

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolehkah Aku Seegois Ini?

Perasaan Semu

SayHay