Kamu Butuh Bahagia


Barangkali kita semua selalu disibukkan dengan pemikiran, Bagaimana caranya membuat orang lain bahagia? Bagaimana caranya untuk selalu memberikan kesan positif kepada tiap orang? Bagaimana caranya membuat orang lain percaya bahwa kita baik-baik saja?

Tapi seringkali kita lupa, Bagaimana memahami maunya diri ini. Bagaimana memahami perasaan diri sendiri dengan mengesampingkan orang lain terlebih dahulu. Lalu bagaimana jadi manusia dan bagaimana cara memanusiakan orang lain?

Sulit memang ketika orientasi kita adalah hanya untuk orang lain. Tapi perlukah sepenuhnya orang lain menjadi sebuah destinasi dalam hidup yang memang hanya sekali ini.

Apa ada yang salah dengan tujuan untuk kebahagiaan diri?
Apa itu terlalu egois untuk dipertahankan?

Mengesampikan bukan berarti tidak memperdulikan.

Oke di sini gue tidak membahas mengenai tujuan diri yang mengumbar uang tanpa investasi atau tanpa perhitungan ya. Gue sedang membahas, tidak ada salahnya dan itu adalah benar, jika seseorang mempertanyakan kemauan dirinya sendiri sebelum menanyakan maunya orang lain.

Membahagiakan orang lain termasuk orang tua, itu sungguh sikap yang mulia. Tidak salah, jelas-jelas tidak salah. Itu sebuah keharusan. Tapi sayangnya, banyak orang yang lupa bagaimana harus hidup. Janganlah menjadikan bahagianya orang lain adalah bahagianya diri kalian. Jelas itu keliru. Gue sadar bahwa perasaan diri kita harus didengar. Kerap kali kita selalu berusaha menutupi rasa ingin berbeda jalur dari arah yang telah dibuat di awal. Padahal kita tau, hati ini akan semakin membaik jika itu dilakukan.

Ketika hidup akan terus berjalan, menghadapi beberapa rintangan saja, rasanya saja ingin berhenti. Tak mau terjerat lagi ke dalam masalah yang pasti akan datang menggantikan yang telah dilewati. Tapi orang-orang yang memahami hidup, akan berpikir bahwa masalah adalah fase peningkatan kualitas diri dan taraf hidup seseorang. Terbuai tidak masalah jika tidak terjerat. Tapi jika memang itu bukan pilihan hati, sebesar apa sikap bertahan dan sabar yang akan muncul? Bukannya rasa penyesalahan akan lebih besar?

Lalu bagaimana?

Take a deep breath. Choose what do u want and love. And give reward for yourself.

Tubuhmu butuh pengertian atas apa yang kamu pilih dalam hidup. Coba mengertilah apa maunya dirimu. Jika dirimu bahagia atas apa yang kamu lakukan. Maka akan sangat mudah untuk menanamkan kebahagiaan kepada orang lain. Hal tersebut seperti begini : jika kita sedang bersedih maka akan terasa tidak mungkin kita bisa membuat orang lain tertawa. Janganlah simpan duka terlalu lama, entah bagaimana rasa sakitnya, peliharalah hatimu dan juga dirimu. Kamu butuh bahagia dan sudah sewajarnya kamu ambil bagian bahagiamu di dunia ini. Jangan terlalu egois mementingkan orang lain. Jangan terlalu egois pula atas kenikmatan yang nanti malah kau beri nama, "yang penting bahagia" dalam jangka waktu panjang tanpa adanya rasa peduli kepada sesama.

Bahagiakan dirimu. Bahagiakan orang tuamu. Bahagiakan orang lain yang kau cintai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolehkah Aku Seegois Ini?

Perasaan Semu

SayHay