Rampung

Setelah percakapan, aku memutuskan untuk menulis cerita tentang kita. Tidak perlu kamu benarkan. Aku serius dengan kata "Kita".

Ingatanku sedang terbang jauh sekarang. Memasuki waktu yang sempat tak terasa cukup dalam sehari untuk bercerita kepadamu, yang selalu antusias dalam mendengar. Sosok dewasa yang membuat aku ingin selalu menjadi anak kecil. Merengek ingin ini itu, tanpa malu. Bukan kurang ajar, perasaan terbuka adalah hasil dari rasa nyaman.

Dan malam itu, kamu memberikan aku sebuah catatan manis yang penuh air mata. Hatiku cukup terluka. Seperti aku melihat diriku yang amat menyakitimu. Mungkin aku terlalu banyak bercerita tentang segala romansa. Dengan segala kegundahan di hati, aku bercerita sekaligus bernostalgia. Entah sihir apa yang membuat aku lupa, bahwa kamu adalah seseorang yang perlu aku jaga perasaannya.

Kamu semestinya ingat. Ada hari di mana aku selalu memberikan kode ajakan untuk bertemu, tidak hanya sekali. Aku merasa, mengenalmu akan menjadi utuh dalam temu. Tapi kita tidak berujung dengan itu. Kamu terus asik dengan interaksi kita dalam dunia maya yang cukup lama, yang cukup membuat harapanku makin pudar rasanya.

Bagiku dulu, kamu bukan sekadar lampu merah yang hanya ingin aku singgahi dalam waktu sebentar. Pernah ada harapan. Pernah ada keyakinan untuk terus melaju. Lampu merah bisa menjadi lampu hijau. Di mana perjalanan kita tidak hanya berakhir di chat atau obrolan jarak jauh. Kita juga bisa terus berjalan beriringan. Denganmu, Aku pernah yakin untuk berjalan dengan berani ke depan.

Sampai akhirnya, Aku lelah sendiri. Aku tau, harapanku yang tak pernah aku tunjukan ini membuat kamu tidak cukup yakin untuk meneruskan. Dan yakinku makin hilang, ketika aku tau kamu sedang sibuk dengan cerita barumu, yang isinya bukan aku.

**

Aku tersenyum setelah mengingat semuanya. Maaf ya. Tulisan ini butuh waktu lama untuk rampung. Aku tidak ingin menunjukkan tulisan yang berujung pada penyesalan, apalagi kesedihan. Mengenalmu adalah salah satu kebahagiaan yang pernah ada. Aku sangat berterima kasih untuk itu. Ruang obrolan yang kamu buat untuk kita, masih tersimpan rapi sampai sekarang. Sesekali aku rindu, lantas aku masuk ke dalam ruang obrolan itu, yang hanya ada aku di dalamnya. Itu bukan fakta yang menyedihkan. Kadang kita butuh untuk terbiasa dengan apa yang terjadi saat ini, dengan menyadari dan menerimanya.

Perasaanku yang dulu memang sudah tertinggal jauh di belakang. Dan bagaimana sekarang, entahlah. Tidak bisa aku pastikan.

Untukmu yang sedang berulang tahun hari ini, 
Terima kasih karena sudah memilih menjadi orang baik dari sekian banyaknya pilihan untuk menjadi jahat. Semoga kebahagiaan selalu memenuhi kehidupanmu dan keberanian terhadap apa yang kamu miliki dan rasakan akan menjadi kekuatanmu untuk terus bertahan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolehkah Aku Seegois Ini?

Perasaan Semu

SayHay