Apakah kamu sibuk?
Malam ini, aku membiarkan jendela
kamarku terbuka. Menikmati angin malam yang masuk tanpa ragu. Rasanya sudah lama aku tidak menemukan waktu menyendiri. Detak jamku yang memang terdengar, lebih terdengar kencang
karena sunyi. Walau setelah beberapa saat, aku memilih untuk menyalakan saluran radio.
Mendengarkan penyiar mengoceh kesana kemari dan memutarkan lagu-lagu yang kadang
membawa perasaanku. Lantas suara jamku meredup. Tapi tidak dengan suasana hatiku
yang sudah terlanjur sepi.
Dan aku kesal.
Saat aku menghadapi situasi seperti
ini, aku selalu berpikir, “Siapa yang bisa aku telpon? Siapa yang bisa aku ajak bicara tanpa alur? Siapa yang bisa berdiskusi denganku tanpa berbicara soal
durasi? Siapa yang nyaman berbincang denganku tanpa bertanya apa masalahku?”
Aku adalah salah satu orang yang
mungkin liar dalam berpikir jika dibiarkan sendirian. Mengobrol adalah solusi
untuk menghindar dari ajakan melanglang buana dalam kesedihan. Aku yakin bahwa
aku bisa mengatur emosiku. Dan mengobrol adalah cara yang aku ambil. Tapi belakangan
ini, cara itu sungguh menyebalkan. Beberapa orang yang aku pikir bisa membantu, bahkan
memiliki kesibukan yang tidak bisa aku salahkan. Beberapa orang yang hadir,
tidak aku beri kesempatan, karena aku tidak ingin memulai dengan sesuatu yang
tidak membuat aku tenang. Aku tidak ingin berpikir bahwa
lebih baik punya teman dekat yang bisa aku telpon tanpa bertanya, “Apakah kamu
sibuk?” wah ini mulai lucu.
Aku akan selalu merasa bersalah
jika aku mulai bergantung dengan orang lain.
Komentar
Posting Komentar