Sirkel -Lingkaran Pertemanan-


Di umur yang terbilang ga muda ini, gue membuat pikiran bertambah dengan permasalahan pertemanan, yang mungkin saat ini kita kenal dengan sirkel. Sebenernya ga menjadi masalah besar bagi gue, tapi itu sempat terpikirkan sesaat. Sejujurnya gue terbilang senang untuk berbaur, berkumpul, menjadi salah satu bagian dari kelompok tanpa perlu ada pemimpin, kayanya itu sebuah kebahagiaan aja sih. Terlebih kalo sirkel yang gue temuin adalah sekumpulan orang dengan pemahaman yang sama untuk saling mengerti tanpa ada kata ‘baper’ di dalamnya. Iya, kadang atau mungkin kebanyakan sirkel ga bisa bertahan lama karena ada aja satu orang yang baper dengan perkataan atau perbuataan temannya dan akan berdampak ke sirkel mereka, entah bisa jadi renggang atau parahnya bisa bubar. Gue juga ga tau, si sirkel ini hanya berlaku untuk perempuan atau laki-laki juga gitu. Tapi sependek penglihatan gue, laki-laki lebih ga mau ribet dan ngurusin yang beginian.

Sejauh ini yang gue tau dan yakin adalah semua orang punya sirkel. Iya ga sih? Mau jumlahnya lebih dari sepuluh, lima, tiga, berdua, atau ga sedikit juga orang yang bisa masuk ke beberapa sirkel, itu bebas aja, toh sirkel tidak pernah ada batasan jumlah. Sirkel juga bisa terbentuk dari mana aja, yang pasti kebanyakan sirkel terbentuk karena ada persamaan dari orang-orang itu. Persamaan mau meluangkan waktu buat ngumpul juga termasuk lho ya. Sirkel emang penting sih menurut gue, selain bisa menjadi support system gitu, sirkel juga bisa jadi tempat bertukar pikiran. Tapi.. sirkel juga punya banyak permasalahan. Akan banyak pendapat yang berbeda dari berbagai sisi (tapi kalo gue sih suka-suka aja), banyak juga orang yang ga suka dengan sirkel kita dan nantinya malah menjadikan sirkel kita ejekan semata, atau bisa jadi permasalahan itu datang dari diri kita sendiri yang mengclaim bahwa kita masuk ke dalam sirkel itu, padahal engga. Sedih banget ga sih wkwkw.

Jadi singkat cerita, gue juga pernah ngerasain hal itu. Ya anything reason sih ya, gue ga mikir juga waktu itu, jadi auto sakit hati aja pas liat salah satu temen gue yang ngepost perkumpulan mereka dan gue ga dapat informasi buat ngumpul sebelumnya. Gue juga jadi bertanya-tanya dong, lah ko pada ngumpul? ko ga ngabarin gue? dan sampe ke tahap, gue kenapa yak? Gue salah apa ya? ko mereka ga ngajak gue? padahal setelah otak gue merasa cukup baik untuk diajak mikir dan pastinya gue juga menanyakan hal-hal ini ke orang lain. I get the point.

Sebelumnya gue ngerasa aneh aja, tapi padahal ya gapapa, itu juga sebuah pengalaman untuk mendewasakan kita dalam bersikap. Kalo pandangan temen gue mengenai hal itu ya sangat positive thinking sekali, kaya “oh mungkin ga sengaja ngumpul kali” iya itu juga mungkin satu dari sekian penyebab mereka ngumpul. Penyebab paling mungkin adalah ya mereka memang sengaja. Ada frekuensi yang sama diantara mereka dan gue beda. Cukup sampe disitu aja. Itu bukan kesalahan. Jika ada sekumpulan orang yang merasa nyaman dengan beberapa orang di sekitar mereka, ya pasti mereka akan terus mau ketemu, sekalipun cuma sekadar ketawa-ketiwi doang. Kita tuh ga pernah bisa maksa buat orang lain nyaman sama kita. Berusaha ya bisa. Tapi kalo udah mencoba tapi ga berhasil. Ya gapapa. Mungkin bukan mereka sirkel lo.

Selain itu, sirkel juga ada lho yang membawa pengaruh buruk buat hidup kita. Kita tuh dibebaskan untuk berteman dengan siapa saja. Tapi kalo kebetulan lo ketemu sama sirkel yang lo rasa mereka itu membawa lo keluar dari alur aturan hidup yang lo pegang, lo berhak ko buat keluar dari sana. Lo ga wajib bertahan hanya untuk dianggap lo punya teman-teman keren. Itu nyiksa banget asli deh. Jadi ya just the way you are aja. Seiring berjalannya waktu, lo juga bakal ketemu ko sama sirkel lo itu. Ga perlu mikir aneh-aneh tentang sesuatu yang belum lu tau. Tapi evalusi diri ya tetap perlu sih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolehkah Aku Seegois Ini?

Perasaan Semu

SayHay