[Bencana] - Keluarlah, Maka akan Kau Temukan Syukur yang Lebih Banyak
Satu bulan sudah berlalu. Januari 2020 sudah terlewati. Kini Februari, dan peristiwa banjir datang kembali. Memang, bencana bulan ini tidak separah bulan kemarin. Tapi tetap saja, gue merasakan kesedihan yang menimpa korban-korban yang rumahnya sedang terendam air. Semoga kalian dikuatkan ya!
Dengan kejadian ini, gue teringat kembali. Peristiwa bencana di bulan Januari. Saat itu, di tanggal muda di beberapa titik di Indonesia sedang kelimpuhan. Tak sadar bencana ternyata datang. Jangan tanya siap atau tidak, jelas semua orang tidak menyiapkan apapun. Tengah malam di guyur hujan, tau-tau menggenang air yang menyulitkan jalan, atau bahkan longsor dan pohon semua tumbang, membuat orang terbangun, berlari, mencari tempat yang mereka kira akan aman.
Paginya semua pers menginformasikan adanya banjir dan longsor di beberapa wilayah, salah satunya Kabupaten Bogor. Gue yang tinggal di Bogor dan tidak terkena dampak, merasa terpanggil. Gue bukan tagana, tapi gue aktif di karang taruna kelurahan dan merasa punya kewajiban harus membantu.
Tahun baru kesibukan baru. Ini untuk pertama kalinya gue merasakan perasaan menggebu-gebu untuk mempersiapkan bantuan untuk korban bencana. Tapi ini di Indonesia, kita punya warga yang penuh kepedulian terhadap sesama. Gue sama anak karang taruna yang lain terharu banget, satu kelurahan kita aja, banyak banget yang mau bantu. Alhamdulilah.
Oke, gue dan anak karang taruna datanglah ke tempat bencana.
Posko bersama. |
Gue ngobrol dengan beberapa orang korban bencana. Mereka harus tinggal di posko. Jauh dari tempat tinggal mereka semula. Dua minggu berlalu mereka hidup bersama-sama di bawah terpal, hanya berharap lancarnya kiriman makanan dari dapur dinas sosial, tidak ada tempat masak untuk mereka. Anak-anak cukup banyak ada di sana.
Anak-anak sedang bermain. |
Ah, wajah anak kecil memang selalu membuat ketenangan dan kegelisahan wajah orang dewasa hilang. Mereka masih saja terus berlari kesana kemari. Tidak merasa bahwa mereka sedang menjadi korban sebuah bencana. Mereka hanya bermain bersama dengan rumput atau tanah, tak ada yang lain. Sungguh bahagia melihatnya.
Si anak cantik, Nabila. |
Mirisnya, gue berkenalan dengan salah satu anak gadis yang cantik. Namanya nabila (kalau tidak salah ya ini, gue lupa-lupa ingat). Dia berumur 4 tahun.
Dia gadis yang ramah dan pendiam. Ketika gue telusuri, seorang ibu bilang, bahwa ayahnya baru saja meninggal. Kuburannya saja masih basah. Kasian sekali. Dia hanya tinggal bersama ibunya, yang sedang menguatkan diri. Di saat sedang terjadi musibah, keluarganya diberi musibah lebih dari orang banyak. Semoga mereka juga dikuatkan :)
Gue peluk nabila dengan erat kemudian gue sampaikan "nabila sayang harus jadi anak yang kuat ya" dia hanya tersenyum sangat manis.
Si anak hebat, Guntur. |
Belum lagi, ada seorang ibu yang baru melahirkan. Anak laki-laki yang diberi nama "Guntur" lahir tanpa kekurangan apapun. Semuanya lengkap. Bahagianya lagi, tidak seperti kebanyakan bayi. Guntur yang tidur di bawah terpal, dimana gue aja merasa kepanasan berada di sana, tapi dia tidak. Dan dia tetap tertidur lelap tanpa menangis. Salut banget sama guntur, dia anak hebat. Maha Besar Allah yang mempermudah segalanya.
Lalu ada cerita lain dari anak-anak yang sudah bersekolah. Mereka bercerita dengan raut wajah sedih, bahwa sekolah harus diliburkan. Ketika gue berada di sana, suasana memang sudah cukup stabil, jadi minggu depan sekolah sudah bisa dibuka. Kesedihan tadi berubah menjadi semangat. Mereka tetap semangat untuk terus bersekolah, padahal ketika gue tanya, jarak dari posko menuju sekolah itu 2 km dan hanya bisa dijangkau dengan jalan kaki. MasyaAllah hebat banget ga tuh mereka :))
Beberapa kisah yang gue dapatkan ketika gue berkeliling membuat gue sadar. Jangan biarkan diri ini diam. Keluarlah, maka akan kau temukan syukur yang lebih banyak. Kadang kita merasa tak cukup dengan segala hal yang kita punya. Tapi ketika kita melihat langsung bagaimana orang bertahan hidup. Otomatis, naluri kemanusiaan kita akan muncul.
Bagaimana bisa kita mengeluh pada sesuatu hal yang bisa jadi mereka menginginkan hal itu terjadi pada mereka? Jawabannya hanya satu. Kurang bersyukur. Bencana yang terjadi ini memang sudah takdir Allah. Dihadirkan untuk melihat bagaimana kekuasaannya. Maha Besar Allah. Lalu Allah juga yang akan menghentikannya. Bencana yang membuat semua orang lebih banyak berserah dan memohon ampun. Memberikan syukur lebih banyak dari sebelumnya. Gue rasa terlalu banyak syukur yang kita lewatkan demi permohonan yang terus tiada henti. Semoga kita menjadi pribadi yang tidak lupa untuk selalu bersyukur.
Komentar
Posting Komentar