Aku Salah dan Mengaku Kalah.
Aku kira aku sudah baik baik saja. Aku kira aku sudah terlupa. Aku kira dengan jarak serta tidak adanya komunikasi, akan mempermudah proses memperbaiki hati yang patah ini. Nyatanya, aku salah menduga. Aku tidak mengira akan sekuat ini rasa yang aku miliki. Entah aku yang bodoh atau kamu yang memang terlalu pintar. Siang itu, hanya aku satu-satunya di dalam ruang kerja. Perasaanku baik-baik saja sedari pagi. Hingga tiba, di saat aku terdiam. Kamu hadir dalam lamunan. Sungguh, aku tidak mengerti. Parahnya, air mataku malah mengalir begitu saja, jelas tanpa kusadari, pipiku sudah basah karna dirimu. Satu tahun lebih sudah berlalu begitu saja. Kau pun sudah bahagia dengan pasanganmu. Sedang aku harus teringat lagi tentang dirimu yang rasanya kau pun tak ingin mengingatku. Aku mengaku kalah. Ternyata hanya egoku yang menentang aku tidak sesakit ini. Aku kira aku akan kuat, tapi kenyataan malah sebaliknya. Aku lemah, sangat lemah. Melihatmu, memandangi foto karyamu, membaca...