Kerja Pertama Cuma Sebulan
Ini tulisan pertama di tahun 2019. Gue ingin berbagi pengalaman bagaimana pertama kali gue masuk ke dunia yang orang-orang bilang, paling kejam. Lebih menyusahkan dibandingkan skripsian dan lebih banyak mendapatkan problem dibandingkan kegiatan organisasi di kampus.
Setelah wisuda agustus kemaren gue engga langsung balik ke Bogor, gue menghabiskan beberapa hari di Jatinangor buat nunggu ijazah dkk. Biar pas balik ke Bogor gue udah dalam keadaan siap buat nyari kerja. Setelah urusan selesai di sana, gue langsung balik dan kayanya cuma seminggu jadi pengangguran. Alhamdulilah gue dapet panggilan kedua buat wawancara dan langsung kerja.
Pertama kali interview itu karna gue pernah ikut expo bursa kerja di Bogor Trade Mall. Gue sempet kaget juga besoknya di telpon terus dikirim email buat jadwal dan persyaratan apa yang harus dibawa pas interview. Sebelum interview gue biasanya search dulu nih, ini perusahaan bidang apa dan kaya gimana. Perusahaan yang manggil gue itu ternyata perusahaan os alias outsearching. Nah yang belum tau outsearching itu apa, jadi itu merupakan perusahaan yang menjadi jembatan antara pekerja dengan tempat kerja kita. Lebih gampangnya dia penyalur dan mengambil untung dengan cara pemotongan gaji kita perbulan. Karena gue kepoan anaknya. Alhasil penggilan interview pertama itu gue kunjungi. Ini tempatnya di Jakarta selatan. Gue kesana sendirian. Pelamarnya lumayan banyak dan mayoritas juga orang bogor. Pertama pelamar harus mengisi psikotes di komputer dengan jangka waktu yang sudah dibatasi. Kedua kita disuruh gambar orang dengan fullbody. Ketiga barulah kita interview. Sejujurnya gue ga nyiapin apa apa. Pas dapet giliran interview, diharukan menggunakan bahasa inggris. Gue ga bego bego amat tapi gue juga ga bisa kalo tanpa persiapan. Alhasil gue tau ini bakal gagal. Padahal biasanya interview adalah hal yang menyenangkan dan merupakan kekuatan besar gue yang doyan ngomong ini. Tapi gpp untuk pertama kali not bad lah.
Engga lama dari situ. Gue dikabarin temen gue kalo salah satu perusahaan pengolahan perikanan tepatnya di Cileungsi Bogor lagi buka lowongan. Alhasil gue coba apply dan kirim email. Apply di sini lewat indeed ya. Besoknya gue langsung dapet email kalo lusa gue disuruh tes dan interview, waktu itu hari sabtu kayanya. Gue mulai lah mencari tau perusahaan ini lewat webnya. Engga banyak yang gue dapet selain, nama pemilik, beserta produk-produk yang mereka punya. Kabarnya temen gue sudah diterima juga di sana sebagai quality control. Dan itu juga posisi yang gue mau.
Pertama kali gue datang ke sana. Gue harus melalui jalan besar bebatuan (padahal di sana banyak pabrik-pabrik yang seharusnya jalannya bagus dong). Gerbang biru tertutup rapat di depannya. Samping gerbang biru besar ada pintu kecil untuk jalan. Ketika masuk, bau yang sangat familiar menyambut gue. Mungkin bisa jadi mengganggu tapi karena gue anak perikanan gue sama sekali engga terlalu keganggu dengan bau-bau ikan dan udang itu. Kesan pertama kali gue melihat orang-orang berdatangan. Terutama buruh-buruh yang datang dengan pick up dan semacamnya. Entah kenapa gue kurang suka sih litanya. Tapi mereka juga pekerja. Ketika masuk ruang kerja alias back officenya. Temen gue bilang sih, kaya warnet wkwk. Ya engga bagus bagus amat emang. Terbilang sederhana, tapi pake ac ko haha
Hanya ada lima orang hari itu. Tidak seramai ketika gue tes dan interview di Jakarta. Setelah tes selesai, gue interview oleh salah satu bapak HRD. Perbincangan seru. Mungkin karena ini ngobrolin bidang gue kali ya, perikanan. Bapak itu sendiri mengarahkan gue ke posisi lain selain posisi yang gue pilih waktu itu, PBB (pembelian bahan baku). Pekerjaaan yang gue pikir akan seru, seseru apa yang dibilang bapak HRD itu. Gue kira selesai sudah gue di sana. Ternyata gue harus interview ke user alias general manajernya. Di sana mulailah memperkenalkan diri, tanya jawab soal perikanan, soal kemampuan dan kesanggupan, gue juga sempet diizinkan nelpon orangtua, karena pekerjaan gue ini akan melalangbuana kesana kemari mencari bahan baku udang. Kemudian ibu GMnya bilang, "kamu kapan bisa mulai kerja?" tanyanya.
WHAAAT!!
Gue bingung. Ini ko rada aneh gitu kan. Seneng sih seneng tapi ya kocak aja gitu, gue langsung diterima. Apa emang lagi butuh banget kali ya. Gue juga engga paham deh. Ngomong-ngomong pas interview sama user itu juga udah ngomongin gaji ya. Seriously, gaji di sana bisa terbilang kecil (dibawah UMR), tidak mendapatkan jaminan apapun, tapi jenjang karir ada, dan gaji bias naek. Gue mikir keras tuh. Tapi lagi-lagi gue kepoan dan ya kenapa ga dicoba dulu kan ya~
Alhasil kerjalah gue.
Niat mau ngekos tapi mamah gue engga mengizinkan dengan alasan, "kamu baru juga pulang ke Bogor, masa iya mau pisah tempat tinggal lagi." dan gue engga bisa apa-apa kalo udah begitu. Pasrah kalo gue harus bulak-balik cuy dari rumah ke Cileungsi.
Walaupun sama-sama di Bogor. Jarak rumah gue yang berada di Kota Bogor terlampau jauh dengan tempat kerja yang berada di Kabupaten Bogor itu, normalnya satu jam setengah, dan kalo lewat cibubur yang selalu macet, gue hampir menghabiskan waktu 2 jam bahkan lebih. Tua di jalan dong gue woyyyy:( Hal yang paling menyebalkan lainnya adalah gue harus selalu melewatkan sholat maghrib gue dan mejamaknya di waktu isya. Tiap hari gue sungguh merasa berdosa :(
Bagimana kerjaan gue tiap hari? sangatlah tidak menarik untuk diungkapkan. Hanya bermodal handphone pribadi dengan internet yang gue beli sendiri juga. Jadi apa yang diungkapkan bapak HRD awal itu salah. Semudah itu kerjaan gue. Bukan mencoba sombong. Tapi hanya diri kita yang tau bagaimana kemampuan kita. Gue hanya selalu duduk santai, ngechat via sms atau WhatsApp para petambak, atau menelpon hanya untuk memastikan apakah akan ada panenan atau tidak. Sungguh tidak menghabiskan waktu selama 9 jam perhari dalam seminggu, di tambah hari sabtu yang juga memiliki 9 jam kerja. Apakah sebuah kebahagiaan? sungguh tidak sama sekali rasanya. Perasaan gue dimainkan ketika gue melihat orang-orang di sekeliling gue harus sibuk mengurus ini itu, sedangkan gue tidak. Gue berusaha keras mendapatkan hasil yang terbaik dari apa yang gue lakuin di sana. Lantas gue berpikir untuk tidak tahan untuk berlama-lama.
Semuanya. Gaji. Jarak. Akmodasi. Kerjaan. Lingkungan. Dan sebuah harapan yang lebih besar.
Sebelumnya gue juga lupa bilang, perusahaan ini masih menggunakan metode menahan ijazah sebagai jaminan. Entah sekepo itu dengan perusahaan yang berfokus dalam bidang perikanan ini menjadikan gue yakin saja dengan menyimpan ijazah sarjana gue. Padahal seharusnya jangan mencoba tertarik dengan perusahaan yang masih menggunakan sistem tahan ijazah, karena sudah pasti perusahaannya tidak cukup baik.
Keyakinan gue sudah bulat. Belum genap sebulan kurang lebih seminggu lagi. Tiba-tiba tetangga gue menawari sebuah pekerjaan di Bogor (ini akan jadi bahan story kedua). Otomatis keyakinan gue lebih besar untuk cepat keluar dari sana. Tidak ada yang lebih berat dari sekedar harus berpisah dengan teman baru gue di sana, hanya berbeda satu tahun. Sama-sama perikanan. Sungguh seperti teman yang satu visi dengan gue, terlampau nyaman memang kalo udah bareng dia. Tapi harapan gue yang mengharuskan gue pergi.
Bagaimana kalian membayangkan untuk seorang freshgraduate dan baru bekerja selama satu bulan mengundurkan diri? Sebenerani itu gue. Masuk dengan baik-baik dan gue juga harus keluar dengan baik-baik. Beberapa malam sebelum sebulan gue di sana, gue membuat surat pengunduran dan latihan untuk menjelaskan alasan yang membuat gue ingin keluar. Gue juga membuat report kerja gue selama sebulan. Pokoknya gue prepare banget deh. Gue engga mau terkesan kabur apalagi menjelekkan nama universitas. Jadi gue harus menyelesaikan apa yang gue mulai.
Sehari sebelum gue berbicara, gue dipanggil ke ruangan. Waktunya pas. Tapi dokumen yang udah gue buat belum dibawa. Ketika itu, gue sedang bosan-bosannya dan bos gue yang general manajer itu menyadari hal tersebut. Otomatis gue bilang kalo gue ingin resign. Saat itu, masih kata-kata motivasi yang keluar dari mulut beliau. Tapi gue sama sekali tidak merasa termotivasi.
Hari itu tiba. Gue sudah membawa surat pengunduran diri dan report apa yang udah gue lakukan. Gue bersyukur ada kekuatan lebih yang mendorong gue buat berani mengungkapkan hal yang sebenarnya tanpa kepalsuan. Siang itu, gue duduk di depan bos gue dengan menyerahkan surat pengunduran diri. Lagi-lagi dia tidak menyetujuinya. Gue mencoba memberikan alasan. Dia mencoba memberikan solusi. Salah satu contohnya, gue kesulitan akomodasi dari bogor. Karena tiap hari gue harus bangun sebelum subuh dan berangkat jam 5 lewat buat cuma mendapatkan angkot yang semodel elf ke arah cileungsi. Kerasnya hidup. Cuma buat dapetin satu kursi di dalam angkot itu menyulitkan sekali apalagi kalo udah kesiangan. Belum lagi kalo pulang, ngetemnya lama banget. Padahal jalan di depan selalu padat tidak pernah lancar.
Dia bilang kalo gue bisa diusahakan ikut mobil antar jemput yang disediakan perusahaan, yang sebenarnya itu hanya boleh digunakan untuk pekerja yang sudah lebih dari tiga bulan. Lalu berdiskusilah kita. Keyakinan diri gue yang tak tergoyahkan memperoleh juga tanda persetujuan beliau soal resign ini.
Setelah gue lega diperbolehkan resign. Sore itu, ketika gue siap menuju pulang, gue dipanggil. Bukan dipanggil bos gue tapi dipanggil ketua perusahaan alias bos di atas bos. Biasanya gue dipanggil buat meeting tapi ini gue sendirian, yang dipanggil sekretaritasnya hanya nama Indri. Gue doang. Gue merasa aneh, apa yang akan dibicarakan oleh beliau dengan gue? apa perihal resign? ah mana mungkin.
Gue ketok dan buka pintu, "Permisi pak, Bapak manggil saya?"
"Kenapa ndri? Ada apa?" tanya Pak bos
Pertanyaan yang gue rasa memang menjurus ke arah sana. Gue sepenting apa sih? anak baru sebulan harus banget dipanggil Pak bos hanya karena mau resign? gue mikir keras.
Awalnya suasana kikuk terasa sekali di sana. Tapi perlahan malah terkesan menjadi sebuah diskusi yang asik. Yha..diskusi yang sangat menyenangkan sekaligus kenangan yang paling berharga selama gue kerja di sana. Kurang lebih setengah jam bertukar pikiran dengan Pak bos. Gue senang banget sama orang pintar yang bisa membawa topik kemana aja ketika diskusi. Terutama Pak bos gue ini, yang bawa-bawa persoalan Jepang dan Indonesia. Beliau menjelaskan bagaimana sifat orang Indonesia yang membawa pengaruh mengapa Indonesia tidak pernah menjadi negara maju. Lalu beliau menjelaskan bagaimana beruntungnya gue bisa berada di sana, disekelilingi oleh pengusaha besar yang memiliki tambak berhektar-hektar dari berbagai daerah. Gue hanya menunjukkan wajah sopan dengan penuh senyum, yang sesekali menggangguk atas apa yang dia bicarakan. Tapi anehnya perasaan gue di ruangan itu tidak ada rasa takut, tidak ada rasa tekanan, gue berani saja menjelaskan apa yang menjadi pandangan gue perihal apapun. Pak bos juga memberikan solusi dari berbagai kendala gue disana. Sama kaya general manajer. Hingga pada akhirnya pak bos mengajukan sebuah pertanyaan yang gue tidak percaya hal tersebut keluar dari mulutnya..
"Gaji kamu kurang? nanti bisa saya naikkan. Perihal gaji bisa dibicarakan"
"Kamu sanggup double job? saya bisa kasih posisi lain juga"
Gue super super shockkk! itu pertanyaan macam apa? Gue merasa tidak berhak mendapatkan pertanyaan macam itu. Gue baru kerja sebulan.
Entah kenapa, atas apa yang beliau ajukan. Gue merasa tidak tertarik sama sekali. Gue merasa ada keyakinan yang lebih besar untuk gue keluar dari sana. Dengan begitu, sekali lagi, gue minta maaf yang sebesar-besarnya dan berterima kasih dengan pak bos yang berkenan mengajak gue berdiskusi bersama.
Apakah gue terkesan sombong? terkesan menolak rezeki yang sudah ada di depan mata? atau suatu hari nanti gue akan menyesal? gue gatau. Tapi keyakinan diri gue yang membawa gue seberani ini dan sejauh ini gue tidak menyesal sama sekali.
Hidup adalah pilihan. Siapapun berkah memilih untuk seperti apa hidupnya. Pekerjaan memang bukan hal mudah untuk dicari. Tapi dengan begini. Kita harus lebih dalam untuk mengobservasi sesuatu. Meyakini apa yang kita yakini. Jika jalannya memang salah, pasti kita dibantu untuk keluar dari sana. Tapi jika jalannya benar, semoga kebenaran tersebut yang membawa kita pada kedamaian.
Hmmmm, cukup menarik tulisan dan pengalaman yang dibagikan. Terus semangat nulis
BalasHapusSiap mas terima kasih sudah membaca :))
Hapus