Sebuah Rasa Nyaman dan Takut
Nyaman.
Sebuah kata yang sering menjadi pendoman. Seringkali diangkat dan dibanggakan. Terjun ke alam bebas dengan banyak rasa yang dirasakan, tetap saja rasa ini yang diutamakan. Sebuah kenyamanan.
Nyaman setiap orang memiliki keunikan. Tidak sama. Jelas berbeda. Rasa itu diikuti oleh kelangsungan dalam setiap komunikasi dalam perbincangan. Mengenal melalui sifat yang dideskripsikan dari sebongkah kata-kata yang dikeluarkan, baik langsung keluar dari lisan atau keluar dari huruf-huruf yang ditekan di keyboard layar.
Tidak ada yang mampu mengira. Apalagi menyangkal. Rasanya menjulur ke semua pikiran. Seakan ada dorongan untuk terus mengingat. Seperti ada tarikan untuk terus mengarah. Tanpa dibuat-buat. Waktu berjalan tanpa terasa. Kemudian dihabisi dengan berbagai cerita perjalanan hidup. Mudah saja bosan atau mudah saja berpikir kalau tidaklah penting mendengar itu semua jika tidak ada kata 'nyaman' bersamanya. Lantas digerogotinya perlahan untuk selalu mendengar dan bercerita semua kejadian. Sekaligus mencurhakan sebuah keluhan. Bahkan sebuah hal yang tidak berkualitas untuk diceritakan tapi ada rasa yang mengharuskan perlu diceritakan.
Bersama nyaman pasti ada sebuah rasa yang mendampinginya. Sebuah rasa yang mengecoh. Sebuah rasa yang menggoyahkan. Bimbang pasti menjadi tanya arti sebuah rute yang telah berhasil dilalui belakangan ini. Rasa itu dinamai dengan : Takut.
Takut akan apa? Terlalu banyak alasan di baliknya. Bisa jadi beratus-ratus pendukung yang menjadikan takut itu ada. Seperti nyaman, ketakutan setiap orang memiliki keunikan sendiri. Tidak sama. Jelas berbeda.
Rasa takut ini menjadikan seseorang akan berpikir lagi mengenai rasa nyaman lebih lanjut. Bukan berarti nyaman itu tiada. Ada. Jelas ada, apalagi terlihat bahwa rasa takut juga ada. Sebuah ketakutan sangat wajar muncul berdampingan dengan nyaman. Umumnya begini, "Apakah nyaman ini berlebih?"
"Akankah kita berhasil untuk tidak patah dalam nyaman yang kita simpan kepada seseorang?"
"Akankah nyaman ini akan berhasil menuju sesuatu arah yang lebih jelas terarah?"
"Apakah hanya sekedar nyaman kemudian akan menghilang?"
Ketakutan perihal itu bukan sebuah keanehan. Itu lagi-lagi sebuah kewajaran. Belum lagi akan ada situasi dan kondisi yang akan menambah ketakutan dalam sebuah kenyamanan. Entah akan dibawa kemana nyaman itu. Hanya seseorang yang berhasil menyingkirkan takut yang akan mampu berhasil mengedepankan sebuah rasa nyaman.
Dibalik takut dan nyaman yang muncul, pasti ada pembelajaran yang akan hinggap. Kita akan belajar mengenal sebuah rasa. Rasa menghargai bahwa senyaman-nyamannya kita dengan seseorang pasti akan ada sebuah rasa takut di dalamnya. Jika bisa, buatlah takut berteman dengan nyaman. Agar nyaman mampu menghargai takut tanpa menghilang.
tulisan yang bagus, terus berkarya mba pisang kuning jangan cepet mateng yah :v
BalasHapussemoga rasa nyaman dengan pasangannya takan pernah hilang :D