Keresahan yang Muncul Setiap Ramadhan
Ketika kondisi seperti ini, gue berharap bisa berubah jadi power ranger, atau gue pengen jadi pesulap yang bisa hipnotis orang seketika, atau gue mau jadi orang yang punya kekuatan dimana kalo udah ngomong orang lain mau ngikutin. Pertama gue mau kasih tau, kalo ini bulan Ramadhan. Alhamdulilah gue bersyukur masih bisa merasakan bulan yang penuh berkah ini. Btw, gue belum pulang ke kota asal. Gue masih sibuk bergelut dengan skripsi di kota orang, Jatinangor.
Oke di sini gue pengen cerita. Sebelumnya gue cerita begini bukan karena merasa im so perfect, no. Sama sekali engga. Gue cuma ingin berbagi keresahan. Gue engga tau ini menjadi keresahan kalian juga atau engga. Tapi setelah gue observasi ke beberapa temen gue, we have same feeling. Mungkin semua orang, lebih terkhusus muslim pasti tau kalo bulan ramadhan adalah bulan yang istimewa dibandingkan bulan lain, dimana kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya. Salah satu keistimewaan di bulan ini ialah adanya solat tarawih yang dikerjakan secara berjamaah. Dan keresahan gue terkait itu.
Ini udah kesekian kali Ramadhan yang gue lalui tapi masih engga ada progress juga. Gue engga ingin berperasangka buruk kepada siapapun. Gue juga cerita gini bukan tanpa tindakan yang berarti gue diem aja. Sepengalaman gue belajar agama sedari kecil sampe sekarang, pengetahuan yang gue tau kalo solat itu shaf/barisan harus dirapihkan, jarak antar orang harus disamakan dengan menempelnya antar bahu atau kaki yang bersentuhan. Itu adalah aturan tanpa kompromi alias ya harus diikutin. Ada yang bilang (gue lupa ini termasuk apa), kalo solat engga boleh berjarak karena nanti ada syaiton yang ngisi. Perihal ini, gue suka geram dengan keadaan. Realita yang terjadi dimasyarakat dan salah satunya di mesjid daerah rumah gue dan mesjid deket kostan gue sekarang, kalo ibu-ibu selalu berdiri dengan tidak menyesuaikan aturan. Ibu-ibu selalu merasa memiliki wilayah tersendiri setelah sajadahnya tergerai di lantai mesjid. Kadang ada saja yang bawa sajadah yang lebarnya minta ampun.
Kalo dipikir-dipikir hanya perempuan yang ribet dengan bawa sajadah pribadi. Sedangkan laki-laki hanya pake sarung dan peci dari rumah, langsung solat dengan shaf yang barisannya lebih cantik dibandingkan yang perempuan. Laki-laki emang engga sulit diatur.
Keresahan gue ya itu, masalah sulitnya mengatur orang-orang yang dominannya seorang ibu-ibu. Sebenernya gue engga ngatur juga sih, tapi gue selalu mencoba memberitahu dengan lemah lembut dan sesopan-sopannya, kaya "Ibu punten, ini masih ada jarak jadi masih bisa geser" kadnag gue cuma diacuhkan doang, atau beliau jawab dengan kata "iya neng" but just it. No act! I dont know, what should i do? gue rasa, imam mengatakan "Rapatkan barisannya." itu juga udah cukup jelas. Tapi bingungnya dengan kondisi gue yang pasti masih dibilang bocah, susah buat ngejabarin aturan tersebut. Taulah yaa. Makanya gue cuma bilang, bu geser... bu geser... bu geser... susah banget nyuruh geser doang ya ampun:(
Selain mereka mengkeep wilayah seluas sejadah yang mereka bawa, salah duanya ialah suka banget ngosongin shaf. Misal gini, setahu gue juga, shaf depan harus diisi dengan penuh baru pindah ke shaf belakang. Tapi ini engga, dominan ibu-ibu memilih barisan paling belakang yang dekat pintu atau jendela, biar engga gerah, katanya. Tapi barisan tengah kosong bu kosonggg.
Gue pengen banget rasanya, teriakin orang-orang yang kaya gitu. Soalnya gue sih takut dan gue mikirnya gini, shaf yang rapi aja belum tentu solatnya bener, gimana yang shafnya engga rapi coba? Mungkin ini sekedar keresahan yang bisa jadi menyadarkan kalian yang membaca, atau untuk memberikan semangat kepada kalian yang mengetahui hal ini, tapi masih diam saja. Bisa jadi salah satu ibu atau keluarga kalian ada yang kaya gitu? Yuk coba ubah perlahan dengan coba ngajak geser untuk merapatan barisan.
Kalo kita mikir positif, mungkin orang-orang yang melakukan hal yang meresahkan bagi gue itu, tidak mengetahui kebeneran yang seharusnya. Dan ini pe'er untuk kita semua untuk saling mengingatkan untuk orang yang tidak tau. Coba dulu yuk, gue juga akan mengusahakan adanya perkembangan dari tahun ke tahun. Jangan cuma sibuk makan, sibuk bernongkrong ria, kita juga harus memikirkan apa yang harus dilakukan untuk membawa perubahan. Ingatkan, jangan pernah usai! Setidaknya kita sudah menebar kebaikan.
Ini udah kesekian kali Ramadhan yang gue lalui tapi masih engga ada progress juga. Gue engga ingin berperasangka buruk kepada siapapun. Gue juga cerita gini bukan tanpa tindakan yang berarti gue diem aja. Sepengalaman gue belajar agama sedari kecil sampe sekarang, pengetahuan yang gue tau kalo solat itu shaf/barisan harus dirapihkan, jarak antar orang harus disamakan dengan menempelnya antar bahu atau kaki yang bersentuhan. Itu adalah aturan tanpa kompromi alias ya harus diikutin. Ada yang bilang (gue lupa ini termasuk apa), kalo solat engga boleh berjarak karena nanti ada syaiton yang ngisi. Perihal ini, gue suka geram dengan keadaan. Realita yang terjadi dimasyarakat dan salah satunya di mesjid daerah rumah gue dan mesjid deket kostan gue sekarang, kalo ibu-ibu selalu berdiri dengan tidak menyesuaikan aturan. Ibu-ibu selalu merasa memiliki wilayah tersendiri setelah sajadahnya tergerai di lantai mesjid. Kadang ada saja yang bawa sajadah yang lebarnya minta ampun.
Kalo dipikir-dipikir hanya perempuan yang ribet dengan bawa sajadah pribadi. Sedangkan laki-laki hanya pake sarung dan peci dari rumah, langsung solat dengan shaf yang barisannya lebih cantik dibandingkan yang perempuan. Laki-laki emang engga sulit diatur.
Keresahan gue ya itu, masalah sulitnya mengatur orang-orang yang dominannya seorang ibu-ibu. Sebenernya gue engga ngatur juga sih, tapi gue selalu mencoba memberitahu dengan lemah lembut dan sesopan-sopannya, kaya "Ibu punten, ini masih ada jarak jadi masih bisa geser" kadnag gue cuma diacuhkan doang, atau beliau jawab dengan kata "iya neng" but just it. No act! I dont know, what should i do? gue rasa, imam mengatakan "Rapatkan barisannya." itu juga udah cukup jelas. Tapi bingungnya dengan kondisi gue yang pasti masih dibilang bocah, susah buat ngejabarin aturan tersebut. Taulah yaa. Makanya gue cuma bilang, bu geser... bu geser... bu geser... susah banget nyuruh geser doang ya ampun:(
Selain mereka mengkeep wilayah seluas sejadah yang mereka bawa, salah duanya ialah suka banget ngosongin shaf. Misal gini, setahu gue juga, shaf depan harus diisi dengan penuh baru pindah ke shaf belakang. Tapi ini engga, dominan ibu-ibu memilih barisan paling belakang yang dekat pintu atau jendela, biar engga gerah, katanya. Tapi barisan tengah kosong bu kosonggg.
Gue pengen banget rasanya, teriakin orang-orang yang kaya gitu. Soalnya gue sih takut dan gue mikirnya gini, shaf yang rapi aja belum tentu solatnya bener, gimana yang shafnya engga rapi coba? Mungkin ini sekedar keresahan yang bisa jadi menyadarkan kalian yang membaca, atau untuk memberikan semangat kepada kalian yang mengetahui hal ini, tapi masih diam saja. Bisa jadi salah satu ibu atau keluarga kalian ada yang kaya gitu? Yuk coba ubah perlahan dengan coba ngajak geser untuk merapatan barisan.
Kalo kita mikir positif, mungkin orang-orang yang melakukan hal yang meresahkan bagi gue itu, tidak mengetahui kebeneran yang seharusnya. Dan ini pe'er untuk kita semua untuk saling mengingatkan untuk orang yang tidak tau. Coba dulu yuk, gue juga akan mengusahakan adanya perkembangan dari tahun ke tahun. Jangan cuma sibuk makan, sibuk bernongkrong ria, kita juga harus memikirkan apa yang harus dilakukan untuk membawa perubahan. Ingatkan, jangan pernah usai! Setidaknya kita sudah menebar kebaikan.
Komentar
Posting Komentar