Pendekatan Aquatic and mareine preuhenship di Irian Jaya Barat
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas terselesaikannya makalah ini. Makalah ini kami buat untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Sosiologi Perikanan, dimana penulis mendapatkan tema
yaitu Pendekatan Aquatic and mareine preuhenship di Irian Jaya Barat
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.penulis menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar
pada makalah ini. Oleh karna itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan demi
sempurnanya makalah ini.semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya.
Jatinangor, Maret 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................... i
Daftar Isi...................................................................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................. 2
Bab II Tinjauan Pustaka.................................................................................... 3
2.1 Pengertian dan Perkembangan Sosiologi Menurut Para
Ahli.............. 3
2.2 Perkembangan Tokoh Sosiologi.......................................................... 4
2.3 Gambaran Umum Sosiologi Ekonomi................................................. 8
Bab III Analisis.................................................................................................... 10
3.1 Letak Geografis...................................................................................10
3.2 Iklim....................................................................................................11
3.3 Geologi dan Fisiografi .......................................................................12
3.4 Ekologi................................................................................................ 13
3.5 Kependudukan.................................................................................... 14
3.6 Potensi Sumber Daya Alam................................................................. 15
3.7 Potensi dan Permasalahan Kawasan.................................................... 17
Bab IV Simpulan dan Saran ................................................................................................................ 22
4.1 Simpulan ................................................................................................................................ 22
4.2 Saran ................................................................................................... 22
Daftar Pustaka........................................................................................................................................... v
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia
merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah laut yang sangat luas.Hal ini merupakan
potensi sumber daya terpendam yang sangat besar untuk dikembangkan.Sektor
kelautan dan perikanan sangat dibutuhkan perannya untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
termasuk nelayan dan keluarganya.
Perikanan
adalah suatu kegiatan perekonomian yang memanfaatkan sumber daya alam perikanan
dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan manusia
dengan mengoptimalisasikan dan memelihara produktivitas sumber daya perikanan
dan kelestarian lingkungan.
Sebagian
besar kegiatan perikanan di Indonesia tidak memiliki dasar teori maupun ilmu
pengetahuan yang benar tentang dunia perikanan.
Untuk mengajarkan para petani ikan dan nelayan di Irian Jaya tentang
dunia perikanan maka dibutuhkan proses penyuluhan yang baik.
Dalam
kegiatan usaha perikanan, terlibat tiga unsur utama yaitu komoditas perikanan,
lingkungan dan manusia sebagai pengelolanya. Upaya meningkatkan pendapatan
rumah tangga nelayan dapat dilakukan melalui perbaikan pengelolaan proses
produksi dan pasca panen perikanan tangkap maupun budidaya, penerapan teknologi
yang tepat, memperbaiki keadaan lingkungan, serta sangat penting untuk
meningkatkan kemampuan manajemen dan sumber daya manusianya.
1.2.
Tujuan
Meninjau
kegiatan perikanan dan kelautan yang ada di Irian Jaya serta meninjau
penyuluhan yang sudah dilakukan guna meningkatkan sumber daya manusia pada
bidang perikanan dan kelautan yang dilakukan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
para nelayan dan petani ikan yang ada di Irian Jaya.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
Suatu masyarakat tidak dapat maju dengan sendirinya
tanpa adanya pembangunan. Pembangunan itu sendiri akan berlangsung bila
masyarakat telah dapat lepas dari problema kehidupan yang dihadapi. Sebagian
besar masyarakat memiliki persoalan kehidupan yang spesifik. Petani ikan dan
nelayan memiliki persoalan kehidupan yang khas, yang umumnya masih berkutat
dengan persoalan peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan seperti yang terjadi
di Irian Jaya, padahal sebenarnya potensi perikanan dan kelautan di Irian Jaya
sangatlah tinggi. Dengan semakin berkembangnya inovasi dan teknologi di bidang
perikanan, maka diperlukan sebuah kegiatan untuk melakukan perubahan-perubahan
kepada masyarakat.
2.1 Pengertian dan
Perkembangan Sosiologi Menurut Para Ahli
Berikut ini definisi-definisi sosiologi yang dikemukakan beberapa ahli :
1.Emile Durkheim
1.Emile Durkheim
Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni
fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar
individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan
individu.
2. Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi
2. Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi
Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan
proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.
3. Soejono Sukamto
3. Soejono Sukamto
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi
kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum
kehidupan masyarakat.
4. William Kornblum
4. William Kornblum
Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan
perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam
berbagai kelompok dan kondisi.
5. Menurut Roucek & Warren
5. Menurut Roucek & Warren
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan
kelompok sosial.
6. William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf
6. William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf
Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan
hasilnya, yaitu organisasi sosial.
7. Max Weber
7. Max Weber
Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.
8. Paul B. Horton
8. Paul B. Horton
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok
dan produk kehidupan kelompok tersebut.
2.2 Perkembangan Tokoh
Sosiologi
Tokoh-tokoh yang mempengaruhi perkembangan sosiologi yaitu :
1. Ibnu Khaldun (1332-1406)
Ibnu Khaldun lahir di
Tunisia, Afrika Utara, 27 Mei 1332 (Faghirazadeh, 1982).Ia kahir dari keluarga
terpelajar, dimasukkan ke sekolah Al-Quran, kemudian mempelajari matematika dan
sejarah. Semasa hidupnya ia membantu berbagai Sultan di Tunisia, Maroko,
Spanyol dan Al-Jazair sebagai duta besar, bendaharawan dan anggota dewan
penasehat sultan.
Adapun pendapat Khaldun
tentang watak-watak masayarakat manusia dijadikannya sebagai landasan
konsepsinya bahwa kebudayaan dalam berbagai bangsa berkembang melalui empat
mazhab yaitu fase primitif atau nomaden, fase urbanisasi, fase kemewahan, dan
fase kemunduran yang mengantarkan kehancuran.Kemudian keempat perkembangan ini
oleh Khaldun sering disebut dengan fase pembangun, pemberi gambar gembira,
penurut, dan penghancur.
2. Auguste Comte (1789-1857)
Auguste Comte lahir di
Mountpelier Perancis, 19 Januari 1798.Ia
merupakan bapak sosiologi, orang pertama yang menggunakan istilah
sosiologi (sociusdanlogos). Pengaruhnya besar sekali terhadap
para teoritis sosiologi selanjutnya (terutama Hebert Spencer dan Emile
Durkheim).Dia mempunyai anggapan bahwa sosiologi terdiri dari dua bagian pokok,
yaitu social statistic (statika sosial atau struktur sosial yang ada)
dansocial dynamic (dinamika sosial atau perubahan sosial).
Sebagai social statistik,
sosiologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sebagai social dinamik, meneropong bagaimana
lembaga-lembaga itu berkembang dan mengalami perkembangan sepanjang
masa.Landasan pendekatan Comte ialah teori evolusinya atau hukum tiga
tingkatan.Ia menyatakan ada tiga tingkatan intelektual yang harus dilalui dunia
di sepanjang sejarahnya. Pertama, tahap teologis menekankan pada
keyakinan bahwa kekuatan adikodrati, tokoh agama, dan keteladanan kemanusiaan
menjadi dasar segala sesuatu.Kedua, tahap metafisik ditandai oleh
keyakinan bahwa kekuatan abstraklah yang menerangkan segala sesuatu, bukannya
dewa-dewa personal.Ketiga, tahap positivistik yang ditandai oleh
keyakinan terhadap ilmu sains.Manusia mulai cenderung menghentikan penelitian
terhadap (Tuhan atau alam) dan dunia sosial guna mengetahui hukum-hukum yang
mengaturnya.
Dalam teorinya tentang
dunia, Comte menyatakan bahwa kekacauan intelektual menyebabkan kekacauan
sosial.Menurut pandangannya, kehidupan di dunia ini sudah cukup kacau, dan yang
dibutuhkan dunia adalah perubahan intelektual. Ada beberapa aspek lain yang juga
berperan penting dalam pengembangan teori sosiologi. Ia menyatakan bahwa kita
harus memperhatikan struktur sosial dan perubahan sosial. Ia menekankan
besarnya peran konsesnsus dalam masyarakat. Dan ia juga menekankan perlunya
memahami teori abstrak dan melakukan riset sosiologi. Comte yakin sosiologi
akhirnya akan menjadi kekuatan ilmiah dominan di dunia karena kemampuan
istimewanya dalam menafsirkan hukum sosial dan melakukan reformasi yang
bertujuan menyelesaikan masalah dalam sistem.
Menurut Comte, masyarakat
harus diteliti atas dasar fakta-fakta objektif dan dia juga menekankan
pentingnya penelitian-penelitian perbandingan antara berbagai masyarakat yang
berlainan. Hasilkarya Comte yang terutama adalah :
- The Scientific Labors Necerssary for Reorganization of Society (1822);
- The Positive Philosophy (6 jilid 1830-1840);
- Subjective Synthesis (1820-1903).
3. Karl Marx (1818-1883)
Karl Marx lahir di Trier, Prusia, 5 Mei 1818. Ia adalah seorang ahli filsafat
sejarah Jerman. Marx hidup selama abad ke-19, yaitu saat kapitalisme merajai
wilayah Eropa dan Amerika.
Marx yakin bahwa setiap
manusia perlu bekerja di dalam dan dengan alam.Produktivitas mereka bersifat
alamiah, yang memungkinkan mereka mewujudkan dorongan kreatif mendasar yang
mereka miliki. Dengan kata lain manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial.
Mereka perlu bekerja bersama untuk menghasilkan segala sesuatu yang mereka
perlukan untuk hidup.Melalui perjalanan sejarah, proses alamiah ini
dihancurkan, dan mencapai titik puncaknya dalam kapitalisme. Kapitalisme pada
dasarnya adalah sebuah struktur yang membuat batas pemisah antara seorang
individu dan proses produksi, produk yang diproses dan orang lain, dan akhirnya
juga memisahkan diri individu itu sendiri.
Dalam terminologi sarjana
beraliran Marxist, tanaman produksi, pabrik baja, dan yang serupanya disebut
sebagai alat-alat produksi, dan mereka yang menjadi pemiliknya disebut dengan
kaum borjuis.Para pekerja yang menjual tenaganya untuk kaum borjuis itu disebut
kaum proletar. Marx percaya bahwa setiap masyarakat kapitalis pada akhirnya
akan terpecah oleh konflik antara kaum borjuis dan proletar.
Menurut Marx, kapitalisme di
dalamnya memiliki penyebab-penyebab kerusakannya. Kaum borjuis memberi upah
yang sangat rendah sehingga kaum proletar hampir tidak mungkin bertahan hidup.
Marx memberi prediksi bahwa kehidupan para pekerja yang sengsara itu akan
memberi penyadaran bahwa satu-satunya cara untuk keluar dari kesengsaraan itu
adalah dengan bersatu dan melakukan revolusi. Marx juga percaya bahwa sifat
dasar pekerja industri juga memberi kontribusi bagi kejatuhan kapitalisme. Marx
yakin bahwa tragedi kapitalisme terjadi dengan cara bahwa suatu sistem
mentransformasikan kerja dari sesuatu yang bermakna menjadi sesuatu yang tidak
bermakna.
4. Emile Durkheim
(1858-1917)
Emile Durkheim lahir di
Epinal, Perancis 15 April.Dia adalah seorang sosiolog teoritis dan praktisi
pendidikan.Durkheim fokus kepada kesatuan masyarakat.Menurutnya, sosiologi
meneliti lembaga-lembaga dalam masyarakat dan proses-proses sosial.Durkheim melihat bahwa setiap masyarakat manusia
memerlukan solidaritas.
Ia membedakan
antara dua tipe utama solidaritas: solidaritas mekanis, dan solidaritas
organis. Lambat laun pembagian kerja dalam masyarakat semakin berkembang
sehingga solidaritasmekanis berubah menjadi solidaritas organis.
Dalam The Rule
of Sosiological Method (1895/1982) Durkheim menekankan bahwa tugas sosiologi
adalah mempelajari apa yang ia sebut sebagai fakta-fakta sosial. Ia
membayangkan fakta sosial sebagai kekuatan dan struktur yang bersifat eksternal
dan memaksa individu. Ia juga membedakan antara dua tipe fakta sosial:
material dan nonmaterial. Ia menyimpulkan bahwa masyarakat primitif
dipersatukan terutama oleh fakta sosial nonmaterial. Sedangkan masyarakat
modern, kekuatan kesadaran kolektif telah menurun, pembagian kerja yang ruwet,
yang mengikat orang yang satu dengan orang lainnya dalam hubungan saling
tergantung.Dan dalam karyanya yang terakhir, The Elementary Forms of Religious
Life (1912/1965) Durkheim yakin bahwa sumber agama adalah masyarakat itu
sendiri. Dalam agama primitif
benda-benda seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang didewakan. Akhirnya
Durkheim menyimpulkan bahwa masyarakat dan agama adalah satu dan sama.
Dalam masalah sosiologi, ia
mengklasifikasikan pembagian sosiologi atas tujuh kelompok, yaitu:
1. Sosiologi umum yang mencakup kepribadian
individu dan kelompok manusia.
2. Sosiologi agama
3. Sosiologi hukum dan moral yang mencakup
organisasi politik, organisasi social,
perkawinan dan keluarga.
4. Sosiologitentang kejahatan
5. Sosiologi ekonomi yang mencakup
ukuran-ukuran penelitian dan kelompok kerja
6. Demografi yang mencakup masyarakat
pedesaan dan perkotaan
7. Sosiologi estetika
Hasil karyanya yang terkemuka:
1. The Social Division of Labor (1893)
2. The Rules of Sociological Method
(1895)
3. The Elementary Forms of Religious (1912)
2.3 Gambaran Umum Sosiologi Ekonomi
Sosiologi berasal dari
bahasa yunani yaitu kata socius dan logos, di mana socius memiliki arti kawan /
teman dan logos berarti kata atau berbicara.Menurut Bapak Selo Soemardjan dan
Soelaiman Soemardi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan
proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Menurut ahli
sosiologi lain yakni Emile Durkheim, sosiologi adalah suatu ilmu yang
mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak,
berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut
memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.
Objek dari sosiologi adalah
masyarakat dalam berhubungan dan juga proses yang dihasilkan dari hubungan
tersebut.Tujuan dari ilmu sosiologi adalah untuk meningkatkan kemampuan
seseorang untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan
sosialnya.Pokok bahasan dari ilmu sosiologi adalah seperti kenyataan atau fakta
sosial, tindakan sosial, khayalan sosiologis serta pengungkapan realitas
sosial.
Tokoh utama dalam sosiologi
adalah Auguste Comte (1798-1857) berasal dari perancis yang merupakan manusia
pertama yang memperkenalkan istilah sosiologi kepada masyarakat luas.Auguste
Comte disebut sebagai Bapak Sosiologi di dunia internasional. Di Indonesia juga
memiliki tokoh utama dalam ilmu sosiologi yang disebut sebagai Bapak Sosiologi
Indonesia yaitu Selo Soemardjan / Selo Sumarjan / Selo Sumardjan.
BAB
III
ANALISIS
3.1 Geografis
Secara geografis, wilayah Provinsi Irian Jaya Barat
terletak dibawah katulistiwa, antara 00 25’ – 40 18’ Lintang Selatan dan 1240
0’-1320 0’ Bujur Timur dengan batas – batas administratif wilayah sebagai
berikut:
Sebelah Utara :
Samudera Pasifik Sebelah Barat
: Laut Seram Provinsi Maluku Sebelah Selatan : Laut Banda Provinsi Maluku Sebelah Timur : Provinsi Papua
Secara administratif, Provinsi Irian Jaya Barat terdiri
dari 8 Kabupaten dan 1 Kota. Luas wilayah Provinsi Irian Jaya Barat adalah 115.363,50
km2, dimana Kabupaten Teluk Bintuni
merupakan daerah yang terluas yaitu 18.658 km2, sedangkan Kota Sorong merupakan
daerah dengan luas terkecil, yaitu 1.105 km2.
Gambar
2.1 : Peta Letak Geografis Provinsi Irian Jaya Barat
Luas
masing–masing Kabupaten/Kota dan Jumlah distrik serta kampung di Provinsi Irian
Jaya Barat adalah sebagaimana terdapat
pada Tabel 2.1 berikut :
Jumlah
kampung dan kelurahan sebagaimana disajikan dalam tabel di atas, yaitu sebanyak
1153 Kampung dan 47 Kelurahan. Sebaran kampung dan kelurahan berdasarkan
topografinya : 33,45% berada di pesisir, 15,17% berada di daerah aliran sungai,
25% berada di lereng/punggung bukit dan 26,38% berada di dataran.
3.2 Iklim
Provinsi Irian Jaya Barat sebagai bagian dari pulau Papua
terletak di Selatan garis khatulistiwa yang dipengaruhi dengan iklim tropis
sepanjang tahun. Hasil pencatatan suhu udara pada stasiun yang berada di
kabupaten/kota se-Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2005 menunjukkan bahwa suhu
rata-rata tertinggi di Kabupaten Sorong dan Kota Sorong yaitu sebesar 27,70
ºC.
Kelembaban udara hampir merata di seluruh wilayah yakni
sebesar 83,6-85 persen dimana angka terendah adalah Kabupaten Manokwari dan
tertinggi di Kabupaten Fakfak. Tekanan udara rata-rata tertinggi terjadi di
Kabupaten Sorong dan Kota Sorong sebesar 1.010,7 mbs.
Curah hujan sepanjang Tahun 2005 di beberapa wilayah di
Provinsi Irian Jaya Barat tercatat bahwa curah hujan tertinggi berada di
Kabupaten Fakfak yaitu sebesar 3.209 mm, sedangkan yang terendah terjadi di
Kabupaten Kaimana yang hanya mencapai 127 mm.
3.3 Geologi dan
Fisiografi
Pulau Papua dalam proses pembentukan tektonik lempeng,
secara umum erat kaitannya dengan posisi Indonesia dalam teori kulit bumi yang
diapit oleh berbagai formasi lempeng dari berbagai arah. Posisinya terletak di
ujung paling selatan dari lempeng Eurasia yang bergerak dari arah Barat Daya
khatulistiwa kemudian bertumbukan dengan lempeng Indo-Australia dan Pasifik di
bagian Utara Pulau
Papua. Kecepatan tumbukan kedua lempeng ini diperkirakan
antara 7 - 11 cm per tahunnya akan tetapi implikasi lanjutannya sangat luar
biasa seperti yang pernah terjadi pada tahun 1996 lalu, yaitu peristiwa Tsunami
di Pantai Utara Papua yang berdampak pada Pesisir Utara Kabupaten Biak Numfor
dan Kabupaten Manokwari.
Akibat interaksi kedua lempeng kerak bumi tersebut banyak
terjadi lipatan (pegunungan) dan patahan di daerah Papua. Bentukan
patahan-patahan ini yang menimbulkan daerah atau wilayah-wilayah yang
berpotensi gempa. Secara keseluruhan jumlah gempa bumi yang dirasakan di Papua
selama tahun 2004 sebanyak 45 kali, lebih banyak dirasakan bila dibandingkan
tahun sebelumnya hanya 11 kali.
Topografi wilayah Kepala Burung yang menjadi wilayah
Provinsi Irian Jaya Barat sangat bervariasi dari datar sampai bergunung –
gunung dengan puncak – puncak yang tinggi, dimana daerah lembah – lembah yang
datar tersebar di sekitar Teluk Bintuni, Isim, Prafi, Warsamson, Wosimi dan
Teluk Arguni. Sementara kelompok pegunungan dengan puncaknya yang mencapai 3000
m dpl, antara lain Pegunungan Arfak,
Pegunungan Tamrauw, Pegunungan Kumawa, Pegunungan Fakfak dan Pegunungan
Wondiboi.
Berdasarkan data
Topografi dan Kemiringan Lahan, lebih dari 50% lahan di Provinsi Irian Jaya
Barat memiki prosentase kemiringan lahan lebih dari 40% atau dikategorikan
sangat curam. Dari total luas lahan, hanya 2.524.944 Ha yang potensial
dikembangkan sebagai areal permukiman.
3.4 Ekologi
Pulau New Guinea secara administratif terbagi dalam dua
wilayah, yaitu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang terbagi
kedalam Provinsi Papua dan Provinsi Irian Jaya Barat dan Negara Papua New
Guinea. Sebagai pulau tropis yang terbesar
di dunia, Pulau New Guinea memiliki keragaman dan keunikan ekosistem
yang mengagumkan, termasuk glasier dan ekosistem alpine, hutan berkabut, hutan
hujan dataran rendah, padang rumput, hutan Mangrove, terumbu karang dan
hamparan rumput laut. Banyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status
endemik atau secara alamiah tidak dapat ditemukan di tempat lain. Secara
keseluruhan, pulau New Guinea memiliki sedikitnya 500.000 jenis flora dan
fauna. Dari jumlah tersebut, diduga sekitar 20.000 sampai 25.000 jenis tanaman
hidup di wilayah Propinsi Papua dan Irian Jaya Barat.
Ekosistem berkelas dunia yang ada di wilayah ini adalah ekosistem Mangrove yang
luas (260.000 Ha) di Teluk Bintuni yang merupakan salah satu yang terpenting di
dunia dan ekosistem Terumbu Karang di Raja Ampat yang sangat kaya
keanekaragaman hayatinya.
3.5
Kependudukan
Dari hasil perhitungan berdasarkan Sensus Penduduk, laju
pertumbuhan penduduk Provinsi Irian Jaya Barat selama tiga dasawarsa terakhir
selalu meningkat. Rata-rata laju
pertumbuhan penduduk tahun 1971-1980,
1980-1990 dan 1990- 2000 berturut-turut adalah 2,78%, 3,12% dan 4,01%. Pada
tahun 1971 jumlah penduduk tercatat sebanyak 221.457 jiwa, tahun 1980 meningkat
menjadi 283.493 jiwa, dan pada tahun 1990 jumlah penduduk menjadi 385.509 jiwa.
Pada tahun 2000 jumlahnya menjadi 571.107 jiwa. Peningkatan laju pertumbuhan
penduduk ini diperkirakan akan terus berlangsung mengingat aktivitas kegiatan
ekonomi dan pemekaran wilayah yang ada saat ini.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2005 jumlah penduduk tercatat
sebesar 651.958 jiwa., terdiri dari
343. 920 jiwa penduduk laki-laki dan 308.038 jiwa penduduk perempuan. Bila dibandingkan dengan luas wilayah, maka
kepadatan penduduk 6 jiwa per km dengan
rata-rata 4 anggota setiap rumah tangga. Dari persebaran penduduk, Kota Sorong
mempunyai kepadatan penduduk yang sangat
mencolok dibandingkan dengan kabupaten lainnya
yakni 137 jiwa per km² dan yang paling sedikit adalah Kabupaten Kaimana
2 jiwa per km².
3.6 Potensi
Sumber Daya Alam
Perikanan
dan kelautan yang
dimiliki Indonesia sangat
besar. Namun, potensi
ini belum dikelola
dan dimanfaatkan secara benar,bertanggung jawab
dan berkelanjutan demi
kesejahteraan masyarakat.
Hal ini disebabkan masih
kurangnya pengetahuan dan
informasi para pelaku kegiatan
akan pentingnya memanfaatkan
dan mengolah secara lestari dan berkesinambungan. Kawasan pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil
di wilayah Bentang Laut
Papua sendiri memiliki sumberdaya perikanan,
migas,wisata, perhubungan laut
dan potensi konservasi
yang tinggi. Dengan
potensi sumber daya alam yang sangat besar, kawasan ini mungkin sekali
dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai
penghasil devisa negara
dan kebutuhan konsumsi domestik.
Sayangnya,
pemanfaatan dan pengolahan
sumberdaya alam tersebut
masih belum optimal dan kurang tepat sasaran. Penggunaan bom molotov dan
racun sianida dalam penangkapan
ikan oleh para
nelayan, penambangan di
tengah laut yang kurang
memperhatikan nilai lingkungan
tanpa antisip asi penanganan yang memadai
bila terjadi kebocoran,
dan pencemaran yang
berasal dari daratan (sampah
organik maupun anorganik) akan menimbulkan dampak yang sangat fatal yaitu
terhentinya proses regenerasi yang mengakibatkan kelangkaan, atau lebih
jauh lagi, kepunahan
biota-biota yang hidup
di perairan.Pengembangan
sumberdaya kelautan dan perikanan, kawasan pesisir dan laut perlu direncanakan
dengan cermat, sesuai
karakteristik wilayahnya.
Perencanaan pengembangan Bentang Laut Papua
dikembangkan berdasarkan prinsip
bioekoregion. Dalam UU
No. 27 Tahun
2007 tentang Pengelolaan.Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil, disebutkan
bahwa bioekoregion adalah bentang alam
yang berada di
dalam satu hamparan kesatuan ekologis
yang ditetapkan oleh batas-batas alam, seperti daerah aliran sungai, teluk, dan
arus. Sejalan dengan
hal tersebut, pemerintah
melalui UU No.
27 Tahun 2007 berupaya melakukan pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil dengan tujuan:
-
Melindungi, mengonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan, dan memperkaya sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil serta system ekologinya secara
berkelanjutan;
-
Menciptakan keharmonisan dan
sinergi antara pemerintah
dan pemerintah daerah dalam pengelolaan sumber
daya pesisir dan pulau-pulau kecil;
-
Memperkuat peran serta masyarakat dan lembaga
pemerintah serta mendorong
inisiatif masyarakat dalam
pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil agar tercapai keadilan, keseimbangan,dan
keberkelanjutan; dan
-
Meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat melalui peran serta masyarakat dalam
pemanfaatan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil.
Marine Bioregional Planning akan
mendukung peningkatan pengelolaan lingkungan laut dan keanekaragaman
hayati melalui pendekatan ekosistem. Hal ini karena Marine Bioregional Planning
tidak hanya fokus pada
satu spesies atau
satu ekosistem saja,
tapi melihat keseluruhan ekosistem
yang ada di
lingkungan wilayah pengembangan,hubungan antara
satu ekosistem dengan
ekosistem yang lainnya,
peran ekosistem tersebut terhadap
lingkungan laut, serta
pengaruhnya terhadap aktivitas
masyarakat sekitar.
Dalam
penetapan Kawasan Konservasi Laut diperlukan adanya standar deliniasi wilayah laut
yang memasukkan unsur
keterkaitan ekologi pada
Kawasan Konservasi Laut. Marine
Ecoregion of The World (MEOW) yang ditentukan oleh Spalding 2007 merupakan dasar deliniasi yang
cocok dalam proses ini
karena pembagian ekoregion dalam MEOW memiliki skala yang cocok untuk
diterapkan di masa yang akan datang.
Berdasarkan MEOW,
Indonesia memiliki 12
ekoregion laut yang
berpotensi menjadi kawasan konservasi
laut, yaitu: Papua,
Laut Banda, Nusa
Tenggara,Laut Sulawesi/Selat Makassar,
Halmahera, Palawan/Borneo Utara,
Sumatera Bagian Barat, Laut
Sulawesi Timur/Teluk Tomini, Paparan
Sunda/Laut Jawa, Laut Arafura,
Jawa Bagian Selatan
dan Selat Malaka (Spalding
dkk., 2007).Papua sendiri
termasuk dalam batas
wilayah ekoregion kesatuan
ekosistem koral yang diprioritaskan pengelolaannya. Secara
geografis, kawasan bentang Laut Papua merupakan wilayah
administrasi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.
3.7
Potensi
dan Permasalahan Kawasan
Secara umum
Wilayah Pengelolaan Perikanan(WPP) Papua
terbagi dua, yaitu perairan utara
Papua tergabung dalam
WPP 717 yang mencakup
perairan Laut Cendrawasih dan
Pasifik dengan pantai
509 mil laut (916
Km) dengan luas
diperkirakan 6.110 mil laut (11.000 km2) sebagai kawasan yang kaya
akan sumberdaya perikanan Pelagis Besar
(Tuna, Paruh Panjang,Cakalang dan Tenggiri).
Sedangkan pada bagian
selatan Papua masuk dalam
WPP 718 yang
mencakup perairan Laut Arafura dengan panjang
pantai 662 mil laut (1.191 km) dengan luas perairan 7.944 mil
laut (14.300 km)
dan merupakan kawasan
yang kaya akan sumberdaya Ikan
Demersal (udang, Kakap
Merah, Kakap Putih,
Bawal, Pari,Cucut dan juga Ikan
Pelagis kecil lainnya (Teri, Tongkol,
Kembung). Kelompok ikan lainnya adalah
Ikan Kerapu, Napoleon,
Lobster dan ikan
hias.
Papua
memiliki potensi sumberdaya
alam yang sangat
besar, terutama pada
wilayah pesisir dan lautnya. Sumberdaya ini dapat dilihat dari berbagai
ekosistem tropik yang ada (mangrove,
terumbu karang dan padang lamun)
dengan tingkat keanekaragaman yang
tinggi. Selain itu, Papua
juga memiliki potensi sumberdaya hayati
perikanan terutama perairan
utara Papua dengan
potensi Ikan Pelagis dan
perairan selatan dengan
komoditi utama udang.
Berbagai sumberdaya tambang, mineral dan gas juga dapat ditemukan di
perairan pesisir dan Laut Papua. Kegiatan
perikanan dapat dikatakan masih relatif sederhana. Jenis alat tangkap yang digunakan
oleh masyarakat lokal masih
bersifat tradisional, contohnya
jaring insang, pancing
dan alat tangkap
lainnya seperti tonda,
tombak serta kalawai (tombak
bermata banyak).Sampan digunakan para nelayan sebagai sarana transportasi ke
areal tangkap (fishing ground) dengan
waktu tempuh selama 0,5
– 2 jam.
Pada umumnya nelayan menggunakan perahu
tanpa motor berupa
perahu dayung/sampan/semang
dan perahu motor. Kapasitas mesin
motor yang digunakan 15
pk, 25 pk,
dan 40 pk.
Umumnya mesin penggerak
40 pk yang dimiliki
oleh setiap kampung
merupakan bantuan dari
pemerintah. Namun karena harga
BBM yang tinggi maka motor tersebut jarang digunakan.Secara umum sarana dan
prasarana perikanan di Papua meliputi :
1. Pelabuhan
Perikanan Nusantara (PPN) di Biak dan Merauke, yang masih dalam tahap
studi dan diharapkan
segera dibangun untuk
melayani kapal-¬kapal
perikanan yang beroperasi
di Lautan Pasifik
dan Laut Arafuru. Sehingga
kapal- kapal ikan tersebut dapat
memenuhi kebutuhan operasional
maupun kegiatan lainnya
tanpa harus ke
pelabuhan di luar Provinsi Papua.
2. Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP) di Sorong.
3. Pangkalan Pendaratan
Ikan (PPI) di Jayapura, Manokwari,
Kaimana,Sorong, Fak- Fak dan Mimika.
4. Balai
Benih Ikan Air Tawar (BBI) Sentral di Masni, Kabupaten Manokwari untuk memenuhi
sebagian besar kebutuhan benih
bagi Provinsi Papua, yang
juga ditunjang oleh
BBI Lokal yang
tersebar hampir di
seluruh kabupaten.
5. Balai Budidaya
Ikan Pantai (BBIP)
di Biak untuk
mendukung pengembangan
budidaya laut, terutama
penyediaan benih ikan
kepada para pembudidaya di
Provinsi Papua.
Kegiatan
pertambangan yang mungkin dikembangkan adalah pertambangan gas dan minyak lepas
pantai dan pertambangan batubara. Pengembangan kegiatan pertambangan ini
potensial, namun banyak
cadangan yang belum
diketahui secara pasti. Oleh
karena itu perlu
dilakukan kajian lebih
mendalam, terutama dampaknya
terhadap lingkungan. Mengingat lokasi tambang, khusus untuk batu bara, umumnya
berada pada daerah dataran di pesisir pantai atau di pulau-pulau kecil.Kegiatan
pertambangan ini akan memberikan dampak yang sangat berat terhadap
keberlanjutan ekosistem pesisir di wilayah ini. Selain mengancam biota
perairan, kegiatan ini
juga mengubah keindahan
bentang alamnya dan menurunkan keindahan berbagai objek
wisata baik darat maupun perairan laut.
Potensi
perikanan di Provinsi Irian Jaya Barat cukup besar dan beraneka ragam terutama
ikan permukaan dan ikan dasar. Perikanan memberikan andil terbesar dalam ekspor
di Provinsi Irian Jaya Barat yang dihasilkan oleh Ikan Beku Campuran, yakni sebesar
65,4% dan Udang Beku 27,2%. Bagi nelayan, pemanfaatan sumberdaya perikanan
bermuara pada peningkatan pendapatan nelayan serta penerimaan devisa negara.
Tabel Jenis, Lokasi Penyebaran
Hasil Perikanan Provinsi Irian Jaya Barat tahun 2003.
No
|
Jenis Ikan
|
Lokasi Penyebaran
|
1
|
Ikan
Tuna
|
Sorong, Waigeo Utara,
|
2
|
Ikan
Pelagis
|
Waigeo Selatan, Kepulauan
|
3
|
Teripang
|
Raja Ampat, Teluk Bintuni,
|
4
|
Bialola
|
Fakfak dan Kaimana.
|
5
|
Udang
Lobster
|
Sorong, Waigeo Utara,
|
6
|
Udang,
Kepiting dan Sirip Hiu
|
Waigeo Selatan, Kepulauan
|
.
Sumber
: Badan Pusat Statistik Papua Tahun 2003.
Beberapa
tabel Perusahaan Perikanan yang beroperasi menurut Jenis Komoditi dan Negara
Tujuan Ekspor di Provinsi Irian Jaya Barat Tahun2003.
No
|
Eksport
|
Komoditi
|
Negara
Tujuan
|
1
|
PT.
Citra Raja Ampat Canning
|
Ikan
Tuna,
Udang,
Lobster,
Bialola
dan
Teripang
|
Jepang,
Korea,
Philipina
dan
Malaysia
|
2
|
PT.
Mutiara
|
||
3
|
PT.
Wif
|
||
4
|
PT.
Jerman Aru
|
||
5
|
PT.
Bintuni Mina Karya Argo
|
||
6
|
PT.
Inter Galaxi Delta Fisheries
|
||
7
|
PT.
Alsum Prakarsa Co
|
||
8
|
PT.
Avona Mina Lestari
|
Sumber
: Badan Pusat Statistik Papua Tahun 2003
Tabel
Nilai Produksi Perikanan Laut menurut Jenis Ikan Di Provinsi Irian Jaya Barat
Tahun 2003.
Jenis
Ikan
|
Produksi
(Ton)
|
Persentase
(%)
|
Ikan
|
164.074.190
|
25,65
|
Hewan
Kulit Keras
|
473.064.000
|
73,95
|
Hewan
Kulit Lunak
|
2.488.900
|
0,40
|
Jumlah
|
639.627.090
|
100
|
Sumber
: Badan Pusat Statistik Papua Tahun 2003
Tabel di atas menggambarkan bahwa nilai
produksi perikanan terbesar di Provinsi Irian Jaya Barat disumbangkan oleh
hewan laut yang berkulit keras, seperti kepiting dan udang yakni sebesar
473.064.000 ton atau 73,95%. Jumlah ini memberikan indikasi bahwa potensi udang
dan kepiting di Provinsi Irian Jaya Barat cukup besar.
BAB IV
SIMPULAN
DAN SARAN
4.1 SIMPULAN
Papua memiliki
potensi sumberdaya alam
yang sangat besar,
terutama pada wilayah pesisir dan lautnya. Sumberdaya ini
dapat dilihat dari berbagai ekosistem tropik yang ada
(mangrove, terumbu karang
dan padang lamun)
dengan tingkat keanekaragaman yang
tinggi. Selain itu, Papua
juga memiliki potensi sumberdaya hayati
perikanan terutama perairan
utara Papua dengan
potensi Ikan Pelagis dan
perairan selatan dengan
komoditi utama udang.
Berbagai sumberdaya tambang, mineral dan gas juga dapat ditemukan di
perairan pesisir dan Laut Papua.
4.2 SARAN
Potensi perikanan dan kelautan di Irian Jaya Barat sebenarnya sangatlah
tinggi,tetapi masyarakat papua yang masih minim akan pengetahuan untuk
mengmbangkan potensi tersebut.Jadi diharapkan pemerintah untuk selalu
memberikan perhatian kepada masyarakat.Pemerintah diharapkan melakukan
penyuluhan-penyuluhan tentang potensi perikanan dan kelautan yang bisa
dikembangkan di perairan Irian Jaya Barat
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012.http://ahmadfatchur.blogspot.com/2012/12/definisi-sosiologi menurut-para-ahli.html. Di
akses pada tanggal 9Maret 2015. Pada pukul 14.46 WIB
Anonim, 2013.http://dheriot.blogspot.com/2013/09/lengkap-perkembangan-sosiologi-dan.html. Di akses pada tanggal 9 Maret 2015.
Pada pukul 14:58 WIB
Listriana, Kartika. 2012. Mengembangkan Papua yang Kaya. Kementrian Kelautan dan Perikanan :
Jakarta.
Anonim. 2006/2011.
http://www.papuabarat.info/RPJMD/Bab%202.pdf.
Di
akses pada tanggal 10 Maret 2015. Pada pukul
14:58 WIB
Komentar
Posting Komentar