Pendekatan Aquatic and mareine preuhenship di Irian Jaya Barat



KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya makalah ini. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Sosiologi Perikanan, dimana penulis mendapatkan tema yaitu Pendekatan Aquatic and mareine preuhenship di Irian Jaya Barat
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.penulis menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karna itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan demi sempurnanya makalah ini.semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.








Jatinangor,    Maret 2015


Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................... i
Daftar Isi...................................................................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................. 2
Bab II Tinjauan Pustaka.................................................................................... 3
2.1 Pengertian dan Perkembangan Sosiologi Menurut Para Ahli.............. 3
2.2 Perkembangan Tokoh Sosiologi.......................................................... 4
2.3 Gambaran Umum Sosiologi Ekonomi................................................. 8
Bab III Analisis.................................................................................................... 10
3.1 Letak Geografis...................................................................................10
3.2 Iklim....................................................................................................11
3.3  Geologi dan Fisiografi .......................................................................12
3.4 Ekologi................................................................................................ 13
3.5 Kependudukan.................................................................................... 14
3.6 Potensi Sumber Daya Alam................................................................. 15
3.7 Potensi dan Permasalahan Kawasan.................................................... 17
Bab IV Simpulan dan Saran ................................................................................................................ 22
4.1 Simpulan ................................................................................................................................ 22
4.2 Saran ................................................................................................... 22
Daftar Pustaka........................................................................................................................................... v



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah laut yang sangat luas.Hal ini merupakan potensi sumber daya terpendam yang sangat besar untuk dikembangkan.Sektor kelautan dan perikanan sangat dibutuhkan perannya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, termasuk nelayan dan keluarganya.
Perikanan adalah suatu kegiatan perekonomian yang memanfaatkan sumber daya alam perikanan dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan manusia dengan mengoptimalisasikan dan memelihara produktivitas sumber daya perikanan dan kelestarian lingkungan.
Sebagian besar kegiatan perikanan di Indonesia tidak memiliki dasar teori maupun ilmu pengetahuan yang benar tentang dunia perikanan.  Untuk mengajarkan para petani ikan dan nelayan di Irian Jaya tentang dunia perikanan maka dibutuhkan proses penyuluhan yang baik.
Dalam kegiatan usaha perikanan, terlibat tiga unsur utama yaitu komoditas perikanan, lingkungan dan manusia sebagai pengelolanya. Upaya meningkatkan pendapatan rumah tangga nelayan dapat dilakukan melalui perbaikan pengelolaan proses produksi dan pasca panen perikanan tangkap maupun budidaya, penerapan teknologi yang tepat, memperbaiki keadaan lingkungan, serta sangat penting untuk meningkatkan kemampuan manajemen dan sumber daya manusianya.





1.2. Tujuan
Meninjau kegiatan perikanan dan kelautan yang ada di Irian Jaya serta meninjau penyuluhan yang sudah dilakukan guna meningkatkan sumber daya manusia pada bidang perikanan dan kelautan yang dilakukan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh para nelayan dan petani ikan yang ada di Irian Jaya.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Suatu masyarakat tidak dapat maju dengan sendirinya tanpa adanya pembangunan. Pembangunan itu sendiri akan berlangsung bila masyarakat telah dapat lepas dari problema kehidupan yang dihadapi. Sebagian besar masyarakat memiliki persoalan kehidupan yang spesifik. Petani ikan dan nelayan memiliki persoalan kehidupan yang khas, yang umumnya masih berkutat dengan persoalan peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan seperti yang terjadi di Irian Jaya, padahal sebenarnya potensi perikanan dan kelautan di Irian Jaya sangatlah tinggi. Dengan semakin berkembangnya inovasi dan teknologi di bidang perikanan, maka diperlukan sebuah kegiatan untuk melakukan perubahan-perubahan kepada masyarakat.
2.1 Pengertian dan Perkembangan Sosiologi Menurut Para Ahli
Berikut ini definisi-definisi sosiologi yang dikemukakan beberapa ahli :
1.Emile Durkheim
Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.
2. Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi
Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.
3. Soejono Sukamto
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
4. William Kornblum
Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi.
5. Menurut Roucek & Warren
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan kelompok sosial.
6. William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf
Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.
7. Max Weber
Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.
8. Paul B. Horton
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.

2.2 Perkembangan Tokoh Sosiologi
Tokoh-tokoh yang mempengaruhi perkembangan sosiologi yaitu :
1. Ibnu Khaldun (1332-1406)
Ibnu Khaldun lahir di Tunisia, Afrika Utara, 27 Mei 1332 (Faghirazadeh, 1982).Ia kahir dari keluarga terpelajar, dimasukkan ke sekolah Al-Quran, kemudian mempelajari matematika dan sejarah. Semasa hidupnya ia membantu berbagai Sultan di Tunisia, Maroko, Spanyol dan Al-Jazair sebagai duta besar, bendaharawan dan anggota dewan penasehat sultan.
Adapun pendapat Khaldun tentang watak-watak masayarakat manusia dijadikannya sebagai landasan konsepsinya bahwa kebudayaan dalam berbagai bangsa berkembang melalui empat mazhab yaitu fase primitif atau nomaden, fase urbanisasi, fase kemewahan, dan fase kemunduran yang mengantarkan kehancuran.Kemudian keempat perkembangan ini oleh Khaldun sering disebut dengan fase pembangun, pemberi gambar gembira, penurut, dan penghancur.
2. Auguste Comte (1789-1857)
Auguste Comte lahir di Mountpelier Perancis, 19 Januari 1798.Ia  merupakan bapak sosiologi, orang pertama yang menggunakan istilah sosiologi (sociusdanlogos). Pengaruhnya besar sekali terhadap para teoritis sosiologi selanjutnya (terutama Hebert Spencer dan Emile Durkheim).Dia mempunyai anggapan bahwa sosiologi terdiri dari dua bagian pokok, yaitu social statistic (statika sosial atau struktur sosial yang ada) dansocial dynamic (dinamika sosial atau perubahan sosial).
Sebagai social statistik, sosiologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sebagai social dinamik, meneropong bagaimana lembaga-lembaga itu berkembang dan mengalami perkembangan sepanjang masa.Landasan pendekatan Comte ialah teori evolusinya atau hukum tiga tingkatan.Ia menyatakan ada tiga tingkatan intelektual yang harus dilalui dunia di sepanjang sejarahnya. Pertama, tahap teologis menekankan pada keyakinan bahwa kekuatan adikodrati, tokoh agama, dan keteladanan kemanusiaan menjadi dasar segala sesuatu.Kedua, tahap metafisik ditandai oleh keyakinan bahwa kekuatan abstraklah yang menerangkan segala sesuatu, bukannya dewa-dewa personal.Ketiga, tahap positivistik yang ditandai oleh keyakinan terhadap ilmu sains.Manusia mulai cenderung menghentikan penelitian terhadap (Tuhan atau alam) dan dunia sosial guna mengetahui hukum-hukum yang mengaturnya.
Dalam teorinya tentang dunia, Comte menyatakan bahwa kekacauan intelektual menyebabkan kekacauan sosial.Menurut pandangannya, kehidupan di dunia ini sudah cukup kacau, dan yang dibutuhkan dunia adalah perubahan intelektual. Ada beberapa aspek lain yang juga berperan penting dalam pengembangan teori sosiologi. Ia menyatakan bahwa kita harus memperhatikan struktur sosial dan perubahan sosial. Ia menekankan besarnya peran konsesnsus dalam masyarakat. Dan ia juga menekankan perlunya memahami teori abstrak dan melakukan riset sosiologi. Comte yakin sosiologi akhirnya akan menjadi kekuatan ilmiah dominan di dunia karena kemampuan istimewanya dalam menafsirkan hukum sosial dan melakukan reformasi yang bertujuan menyelesaikan masalah dalam sistem.
Menurut Comte, masyarakat harus diteliti atas dasar fakta-fakta objektif dan dia juga menekankan pentingnya penelitian-penelitian perbandingan antara berbagai masyarakat yang berlainan. Hasilkarya Comte yang terutama adalah :
  1. The Scientific Labors Necerssary for Reorganization of Society (1822);
  2. The Positive Philosophy (6 jilid 1830-1840);
  3. Subjective Synthesis (1820-1903).
3. Karl Marx (1818-1883)
            Karl Marx lahir di Trier, Prusia, 5 Mei 1818. Ia adalah seorang ahli filsafat sejarah Jerman. Marx hidup selama abad ke-19, yaitu saat kapitalisme merajai wilayah Eropa dan Amerika.
Marx yakin bahwa setiap manusia perlu bekerja di dalam dan dengan alam.Produktivitas mereka bersifat alamiah, yang memungkinkan mereka mewujudkan dorongan kreatif mendasar yang mereka miliki. Dengan kata lain manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial. Mereka perlu bekerja bersama untuk menghasilkan segala sesuatu yang mereka perlukan untuk hidup.Melalui perjalanan sejarah, proses alamiah ini dihancurkan, dan mencapai titik puncaknya dalam kapitalisme. Kapitalisme pada dasarnya adalah sebuah struktur yang membuat batas pemisah antara seorang individu dan proses produksi, produk yang diproses dan orang lain, dan akhirnya juga memisahkan diri individu itu sendiri.
Dalam terminologi sarjana beraliran Marxist, tanaman produksi, pabrik baja, dan yang serupanya disebut sebagai alat-alat produksi, dan mereka yang menjadi pemiliknya disebut dengan kaum borjuis.Para pekerja yang menjual tenaganya untuk kaum borjuis itu disebut kaum proletar. Marx percaya bahwa setiap masyarakat kapitalis pada akhirnya akan terpecah oleh konflik antara kaum borjuis dan proletar.
Menurut Marx, kapitalisme di dalamnya memiliki penyebab-penyebab kerusakannya. Kaum borjuis memberi upah yang sangat rendah sehingga kaum proletar hampir tidak mungkin bertahan hidup. Marx memberi prediksi bahwa kehidupan para pekerja yang sengsara itu akan memberi penyadaran bahwa satu-satunya cara untuk keluar dari kesengsaraan itu adalah dengan bersatu dan melakukan revolusi. Marx juga percaya bahwa sifat dasar pekerja industri juga memberi kontribusi bagi kejatuhan kapitalisme. Marx yakin bahwa tragedi kapitalisme terjadi dengan cara bahwa suatu sistem mentransformasikan kerja dari sesuatu yang bermakna menjadi sesuatu yang tidak bermakna.
4. Emile Durkheim (1858-1917)
Emile Durkheim lahir di Epinal, Perancis 15 April.Dia adalah seorang sosiolog teoritis dan praktisi pendidikan.Durkheim fokus kepada kesatuan masyarakat.Menurutnya, sosiologi meneliti lembaga-lembaga dalam masyarakat dan proses-proses sosial.Durkheim melihat bahwa setiap masyarakat manusia memerlukan solidaritas.
Ia membedakan antara dua tipe utama solidaritas: solidaritas mekanis, dan solidaritas organis. Lambat laun pembagian kerja dalam masyarakat semakin berkembang sehingga solidaritasmekanis berubah menjadi solidaritas organis.
Dalam The Rule of Sosiological Method (1895/1982) Durkheim menekankan bahwa tugas sosiologi adalah mempelajari apa yang ia sebut sebagai fakta-fakta sosial. Ia membayangkan fakta sosial sebagai kekuatan dan struktur yang bersifat eksternal dan memaksa individu. Ia  juga membedakan antara dua tipe fakta sosial: material dan nonmaterial. Ia menyimpulkan bahwa masyarakat primitif dipersatukan terutama oleh fakta sosial nonmaterial. Sedangkan masyarakat modern, kekuatan kesadaran kolektif telah menurun, pembagian kerja yang ruwet, yang mengikat orang yang satu dengan orang lainnya dalam hubungan saling tergantung.Dan dalam karyanya yang terakhir, The Elementary Forms of Religious Life (1912/1965) Durkheim yakin bahwa sumber agama adalah masyarakat itu sendiri. Dalam agama primitif  benda-benda seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang didewakan. Akhirnya Durkheim menyimpulkan bahwa masyarakat dan agama adalah satu dan sama.
Dalam masalah sosiologi, ia mengklasifikasikan pembagian sosiologi atas tujuh kelompok, yaitu:
1.      Sosiologi umum yang mencakup kepribadian individu dan kelompok manusia.
2.      Sosiologi agama
3.      Sosiologi hukum dan moral yang mencakup organisasi politik, organisasi social,  perkawinan dan keluarga.
4.      Sosiologitentang kejahatan
5.      Sosiologi ekonomi yang mencakup ukuran-ukuran penelitian dan kelompok kerja
6.      Demografi yang mencakup masyarakat pedesaan dan perkotaan
7.      Sosiologi estetika
Hasil karyanya yang terkemuka:
1.      The Social Division of Labor (1893)
2.      The Rules of Sociological Method (1895)
3.      The Elementary Forms of Religious (1912)

2.3  Gambaran Umum Sosiologi Ekonomi
Sosiologi berasal dari bahasa yunani yaitu kata socius dan logos, di mana socius memiliki arti kawan / teman dan logos berarti kata atau berbicara.Menurut Bapak Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Menurut ahli sosiologi lain yakni Emile Durkheim, sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.
Objek dari sosiologi adalah masyarakat dalam berhubungan dan juga proses yang dihasilkan dari hubungan tersebut.Tujuan dari ilmu sosiologi adalah untuk meningkatkan kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan sosialnya.Pokok bahasan dari ilmu sosiologi adalah seperti kenyataan atau fakta sosial, tindakan sosial, khayalan sosiologis serta pengungkapan realitas sosial.
Tokoh utama dalam sosiologi adalah Auguste Comte (1798-1857) berasal dari perancis yang merupakan manusia pertama yang memperkenalkan istilah sosiologi kepada masyarakat luas.Auguste Comte disebut sebagai Bapak Sosiologi di dunia internasional. Di Indonesia juga memiliki tokoh utama dalam ilmu sosiologi yang disebut sebagai Bapak Sosiologi Indonesia yaitu Selo Soemardjan / Selo Sumarjan / Selo Sumardjan.





BAB III
ANALISIS
3.1 Geografis   
Secara geografis, wilayah Provinsi Irian Jaya Barat terletak dibawah katulistiwa, antara 00 25’ – 40 18’ Lintang Selatan dan 1240 0’-1320 0’ Bujur Timur dengan batas – batas administratif wilayah sebagai berikut:  
Sebelah Utara :  Samudera Pasifik    Sebelah Barat :  Laut Seram Provinsi Maluku  Sebelah Selatan :  Laut Banda Provinsi Maluku  Sebelah Timur :  Provinsi Papua  
Secara administratif, Provinsi Irian Jaya Barat terdiri dari 8 Kabupaten dan 1 Kota. Luas wilayah Provinsi Irian Jaya Barat adalah 115.363,50 km2, dimana Kabupaten  Teluk Bintuni merupakan daerah yang terluas yaitu 18.658 km2, sedangkan Kota Sorong merupakan daerah dengan luas terkecil, yaitu 1.105 km2. 
Gambar 2.1 : Peta Letak Geografis Provinsi Irian Jaya Barat   





 



Luas masing–masing Kabupaten/Kota dan Jumlah distrik serta kampung di Provinsi Irian Jaya Barat  adalah sebagaimana terdapat pada Tabel 2.1 berikut : 
Jumlah kampung dan kelurahan sebagaimana disajikan dalam tabel di atas, yaitu sebanyak 1153 Kampung dan 47 Kelurahan. Sebaran kampung dan kelurahan berdasarkan topografinya : 33,45% berada di pesisir, 15,17% berada di daerah aliran sungai, 25% berada di lereng/punggung bukit dan 26,38% berada di dataran.  
3.2  Iklim
Provinsi Irian Jaya Barat sebagai bagian dari pulau Papua terletak di Selatan garis khatulistiwa yang dipengaruhi dengan iklim tropis sepanjang tahun. Hasil pencatatan suhu udara pada stasiun yang berada di kabupaten/kota se-Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2005 menunjukkan bahwa suhu rata-rata tertinggi di Kabupaten Sorong dan Kota Sorong yaitu sebesar 27,70 ºC. 
Kelembaban udara hampir merata di seluruh wilayah yakni sebesar 83,6-85 persen dimana angka terendah adalah Kabupaten Manokwari dan tertinggi di Kabupaten Fakfak. Tekanan udara rata-rata tertinggi terjadi di Kabupaten Sorong dan Kota Sorong sebesar 1.010,7 mbs.
Curah hujan sepanjang Tahun 2005 di beberapa wilayah di Provinsi Irian Jaya Barat tercatat bahwa curah hujan tertinggi berada di Kabupaten Fakfak yaitu sebesar 3.209 mm, sedangkan yang terendah terjadi di Kabupaten Kaimana yang hanya mencapai 127 mm.
3.3  Geologi dan Fisiografi 
Pulau Papua dalam proses pembentukan tektonik lempeng, secara umum erat kaitannya dengan posisi Indonesia dalam teori kulit bumi yang diapit oleh berbagai formasi lempeng dari berbagai arah. Posisinya terletak di ujung paling selatan dari lempeng Eurasia yang bergerak dari arah Barat Daya khatulistiwa kemudian bertumbukan dengan lempeng Indo-Australia dan Pasifik di bagian Utara Pulau
Papua. Kecepatan tumbukan kedua lempeng ini diperkirakan antara 7 - 11 cm per tahunnya akan tetapi implikasi lanjutannya sangat luar biasa seperti yang pernah terjadi pada tahun 1996 lalu, yaitu peristiwa Tsunami di Pantai Utara Papua yang berdampak pada Pesisir Utara Kabupaten Biak Numfor dan Kabupaten Manokwari. 
Akibat interaksi kedua lempeng kerak bumi tersebut banyak terjadi lipatan (pegunungan) dan patahan di daerah Papua. Bentukan patahan-patahan ini yang menimbulkan daerah atau wilayah-wilayah yang berpotensi gempa. Secara keseluruhan jumlah gempa bumi yang dirasakan di Papua selama tahun 2004 sebanyak 45 kali, lebih banyak dirasakan bila dibandingkan tahun sebelumnya hanya 11 kali.
Topografi wilayah Kepala Burung yang menjadi wilayah Provinsi Irian Jaya Barat sangat bervariasi dari datar sampai bergunung – gunung dengan puncak – puncak yang tinggi, dimana daerah lembah – lembah yang datar tersebar di sekitar Teluk Bintuni, Isim, Prafi, Warsamson, Wosimi dan Teluk Arguni. Sementara kelompok pegunungan dengan puncaknya yang mencapai 3000 m dpl, antara lain  Pegunungan Arfak, Pegunungan Tamrauw, Pegunungan Kumawa, Pegunungan Fakfak dan Pegunungan Wondiboi. 
Berdasarkan  data Topografi dan Kemiringan Lahan, lebih dari 50% lahan di Provinsi Irian Jaya Barat memiki prosentase kemiringan lahan lebih dari 40% atau dikategorikan sangat curam. Dari total luas lahan, hanya 2.524.944 Ha yang potensial dikembangkan sebagai areal permukiman. 
3.4  Ekologi 
Pulau New Guinea secara administratif terbagi dalam dua wilayah, yaitu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang terbagi kedalam Provinsi Papua dan Provinsi Irian Jaya Barat dan Negara Papua New Guinea. Sebagai pulau tropis yang terbesar  di dunia, Pulau New Guinea memiliki keragaman dan keunikan ekosistem yang mengagumkan, termasuk glasier dan ekosistem alpine, hutan berkabut, hutan hujan dataran rendah, padang rumput, hutan Mangrove, terumbu karang dan hamparan rumput laut. Banyak spesies yang ada di New Guinea memiliki status endemik atau secara alamiah tidak dapat ditemukan di tempat lain. Secara keseluruhan, pulau New Guinea memiliki sedikitnya 500.000 jenis flora dan fauna. Dari jumlah tersebut, diduga sekitar 20.000 sampai 25.000 jenis tanaman hidup di wilayah Propinsi Papua dan Irian Jaya Barat. 
Ekosistem berkelas dunia yang ada  di wilayah ini adalah ekosistem Mangrove yang luas (260.000 Ha) di Teluk Bintuni yang merupakan salah satu yang terpenting di dunia dan ekosistem Terumbu Karang di Raja Ampat yang sangat kaya keanekaragaman hayatinya. 


3.5  Kependudukan  
Dari hasil perhitungan berdasarkan Sensus Penduduk, laju pertumbuhan penduduk Provinsi Irian Jaya Barat selama tiga dasawarsa terakhir selalu meningkat.  Rata-rata laju pertumbuhan  penduduk tahun 1971-1980, 1980-1990 dan 1990- 2000 berturut-turut adalah 2,78%, 3,12% dan 4,01%. Pada tahun 1971 jumlah penduduk tercatat sebanyak 221.457 jiwa, tahun 1980 meningkat menjadi 283.493 jiwa, dan pada tahun 1990 jumlah penduduk menjadi 385.509 jiwa. Pada tahun 2000 jumlahnya menjadi 571.107 jiwa. Peningkatan laju pertumbuhan penduduk ini diperkirakan akan terus berlangsung mengingat aktivitas kegiatan ekonomi dan pemekaran wilayah yang ada saat ini. 
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik,  pada tahun 2005 jumlah penduduk tercatat sebesar 651.958   jiwa., terdiri dari 343. 920 jiwa penduduk laki-laki dan 308.038 jiwa penduduk perempuan.  Bila dibandingkan dengan luas wilayah, maka kepadatan penduduk  6 jiwa per km dengan rata-rata 4 anggota setiap rumah tangga. Dari persebaran penduduk, Kota Sorong mempunyai kepadatan penduduk yang  sangat mencolok dibandingkan dengan kabupaten lainnya  yakni 137 jiwa per km² dan yang paling sedikit adalah Kabupaten Kaimana 2 jiwa per km². 
3.6 Potensi Sumber Daya Alam 
Perikanan  dan  kelautan  yang  dimiliki Indonesia sangat  besar.  Namun,  potensi  ini  belum  dikelola  dan  dimanfaatkan secara benar,bertanggung  jawab  dan  berkelanjutan  demi  kesejahteraan masyarakat.  Hal  ini disebabkan  masih  kurangnya  pengetahuan  dan  informasi para  pelaku  kegiatan  akan pentingnya memanfaatkan  dan  mengolah  secara lestari dan  berkesinambungan.   Kawasan pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil di wilayah  Bentang  Laut  Papua  sendiri  memiliki sumberdaya  perikanan,  migas,wisata,  perhubungan  laut  dan  potensi  konservasi  yang  tinggi.  Dengan  potensi sumber daya alam yang sangat besar, kawasan ini mungkin sekali dimanfaatkan dan  dikembangkan  sebagai  penghasil  devisa  negara  dan  kebutuhan  konsumsi domestik.
Sayangnya,  pemanfaatan  dan  pengolahan  sumberdaya  alam  tersebut  masih belum optimal dan kurang tepat sasaran. Penggunaan bom molotov dan racun sianida  dalam  penangkapan  ikan  oleh  para  nelayan,  penambangan  di  tengah laut  yang  kurang  memperhatikan  nilai  lingkungan  tanpa  antisip asi  penanganan yang  memadai  bila  terjadi  kebocoran,  dan  pencemaran  yang  berasal  dari daratan (sampah organik maupun anorganik) akan menimbulkan dampak yang sangat fatal yaitu terhentinya proses regenerasi yang mengakibatkan kelangkaan, atau  lebih  jauh  lagi,  kepunahan  biota-biota  yang  hidup  di  perairan.Pengembangan sumberdaya kelautan dan perikanan, kawasan pesisir dan laut perlu  direncanakan  dengan  cermat,  sesuai  karakteristik  wilayahnya.
Perencanaan pengembangan Bentang Laut Papua dikembangkan berdasarkan prinsip  bioekoregion.  Dalam  UU  No.  27  Tahun  2007  tentang Pengelolaan.Wilayah  Pesisir dan  Pulau-Pulau  Kecil,  disebutkan  bahwa bioekoregion  adalah bentang  alam  yang  berada  di  dalam  satu  hamparan  kesatuan  ekologis  yang ditetapkan oleh batas-batas alam, seperti daerah aliran sungai, teluk, dan arus. Sejalan  dengan  hal  tersebut,  pemerintah  melalui  UU  No.  27  Tahun  2007 berupaya melakukan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dengan tujuan:
- Melindungi,  mengonservasi,  merehabilitasi,  memanfaatkan,   dan memperkaya sumber  daya pesisir dan pulau-pulau kecil   serta system ekologinya secara berkelanjutan;
- Menciptakan  keharmonisan  dan  sinergi  antara  pemerintah   dan pemerintah  daerah  dalam pengelolaan  sumber  daya   pesisir  dan pulau-pulau kecil;
- Memperkuat peran serta masyarakat dan lembaga   pemerintah serta mendorong  inisiatif  masyarakat  dalam   pengelolaan  sumber  daya pesisir dan pulau-pulau kecil agar   tercapai keadilan, keseimbangan,dan keberkelanjutan; dan
- Meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat   melalui peran serta masyarakat dalam pemanfaatan   sumberdaya pesisir dan pulau-pulau  kecil.  Marine Bioregional  Planning  akan  mendukung peningkatan pengelolaan lingkungan laut dan keanekaragaman hayati melalui pendekatan ekosistem. Hal ini karena Marine Bioregional Planning tidak hanya  fokus  pada  satu  spesies  atau  satu  ekosistem  saja,  tapi  melihat keseluruhan  ekosistem  yang  ada  di  lingkungan  wilayah  pengembangan,hubungan  antara  satu  ekosistem  dengan  ekosistem  yang  lainnya,  peran ekosistem  tersebut  terhadap  lingkungan  laut,  serta  pengaruhnya  terhadap aktivitas masyarakat sekitar.
Dalam penetapan Kawasan Konservasi Laut diperlukan adanya standar deliniasi wilayah  laut  yang  memasukkan  unsur  keterkaitan  ekologi  pada  Kawasan Konservasi Laut. Marine  Ecoregion of The World (MEOW) yang ditentukan oleh Spalding  2007 merupakan  dasar deliniasi  yang  cocok  dalam proses  ini  karena pembagian ekoregion dalam MEOW memiliki skala yang cocok untuk diterapkan di masa yang akan datang.
Berdasarkan  MEOW,  Indonesia  memiliki  12  ekoregion  laut  yang  berpotensi menjadi  kawasan  konservasi  laut,  yaitu:  Papua,  Laut  Banda,  Nusa  Tenggara,Laut  Sulawesi/Selat  Makassar,  Halmahera,  Palawan/Borneo  Utara,  Sumatera Bagian  Barat,  Laut  Sulawesi Timur/Teluk  Tomini,  Paparan  Sunda/Laut  Jawa, Laut  Arafura,  Jawa  Bagian  Selatan  dan Selat  Malaka  (Spalding  dkk.,  2007).Papua  sendiri  termasuk  dalam  batas  wilayah  ekoregion  kesatuan  ekosistem koral  yang  diprioritaskan  pengelolaannya.  Secara  geografis,  kawasan  bentang Laut Papua merupakan wilayah administrasi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.

3.7  Potensi dan Permasalahan Kawasan
Secara  umum  Wilayah  Pengelolaan Perikanan(WPP)  Papua  terbagi  dua,  yaitu perairan  utara  Papua  tergabung  dalam  WPP 717  yang  mencakup  perairan  Laut Cendrawasih  dan  Pasifik  dengan  pantai  509 mil  laut  (916  Km)  dengan  luas  diperkirakan 6.110 mil laut (11.000 km2) sebagai kawasan yang  kaya  akan  sumberdaya  perikanan Pelagis  Besar  (Tuna,  Paruh  Panjang,Cakalang dan Tenggiri). Sedangkan  pada  bagian  selatan  Papua masuk  dalam  WPP  718  yang  mencakup perairan  Laut  Arafura dengan  panjang  pantai 662 mil laut (1.191 km) dengan luas perairan 7.944  mil  laut  (14.300  km)  dan  merupakan  kawasan  yang  kaya  akan sumberdaya  Ikan  Demersal  (udang,  Kakap  Merah,  Kakap  Putih,  Bawal,  Pari,Cucut dan juga Ikan Pelagis kecil  lainnya (Teri, Tongkol, Kembung). Kelompok ikan  lainnya  adalah  Ikan  Kerapu,  Napoleon,  Lobster  dan  ikan  hias. 
Papua memiliki  potensi  sumberdaya  alam  yang  sangat  besar,  terutama  pada  wilayah pesisir dan lautnya. Sumberdaya ini dapat dilihat dari berbagai ekosistem tropik yang  ada  (mangrove,  terumbu  karang  dan  padang  lamun)  dengan  tingkat keanekaragaman  yang  tinggi.  Selain  itu,  Papua  juga  memiliki  potensi sumberdaya  hayati  perikanan  terutama  perairan  utara  Papua  dengan  potensi Ikan  Pelagis  dan  perairan  selatan  dengan  komoditi  utama  udang.  Berbagai sumberdaya tambang, mineral dan gas juga dapat ditemukan di perairan pesisir dan Laut Papua. Kegiatan perikanan dapat dikatakan masih relatif sederhana. Jenis alat tangkap yang  digunakan  oleh  masyarakat  lokal  masih  bersifat  tradisional, contohnya jaring  insang,  pancing  dan  alat  tangkap  lainnya  seperti  tonda,  tombak  serta kalawai (tombak bermata banyak).Sampan digunakan para nelayan sebagai sarana transportasi ke areal tangkap (fishing  ground)  dengan  waktu  tempuh  selama  0,5    2  jam. 
Pada  umumnya nelayan menggunakan  perahu  tanpa  motor  berupa  perahu dayung/sampan/semang  dan  perahu  motor. Kapasitas  mesin  motor  yang digunakan  15  pk,  25  pk,  dan  40  pk.  Umumnya  mesin  penggerak  40  pk  yang dimiliki  oleh  setiap  kampung  merupakan  bantuan  dari  pemerintah.  Namun karena harga BBM yang tinggi maka motor tersebut jarang digunakan.Secara umum sarana dan prasarana perikanan di Papua meliputi :
1.      Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) di Biak dan Merauke, yang masih dalam   tahap  studi  dan  diharapkan  segera  dibangun  untuk  melayani kapal-¬kapal   perikanan  yang  beroperasi  di  Lautan  Pasifik  dan  Laut Arafuru. Sehingga kapal-   kapal ikan tersebut dapat memenuhi kebutuhan operasional  maupun  kegiatan   lainnya  tanpa  harus  ke  pelabuhan  di  luar Provinsi Papua.
2.      Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) di Sorong.
3.      Pangkalan  Pendaratan  Ikan  (PPI)  di  Jayapura,  Manokwari,  Kaimana,Sorong, Fak-   Fak dan Mimika. 
4.      Balai Benih Ikan Air Tawar (BBI) Sentral di Masni, Kabupaten Manokwari untuk  memenuhi  sebagian  besar kebutuhan  benih  bagi  Provinsi  Papua, yang  juga   ditunjang  oleh  BBI  Lokal  yang  tersebar  hampir  di  seluruh kabupaten.
5.      Balai  Budidaya  Ikan  Pantai  (BBIP)  di  Biak  untuk  mendukung pengembangan   budidaya  laut,  terutama  penyediaan  benih  ikan  kepada para pembudidaya di  Provinsi Papua.
Kegiatan pertambangan yang mungkin dikembangkan adalah pertambangan gas dan minyak lepas pantai dan pertambangan batubara. Pengembangan kegiatan pertambangan  ini  potensial,  namun  banyak  cadangan  yang  belum  diketahui secara  pasti.  Oleh  karena  itu  perlu  dilakukan  kajian  lebih  mendalam,  terutama dampaknya terhadap lingkungan. Mengingat lokasi tambang, khusus untuk batu bara, umumnya berada pada daerah dataran di pesisir pantai atau di pulau-pulau kecil.Kegiatan pertambangan ini akan memberikan dampak yang sangat berat terhadap keberlanjutan ekosistem pesisir di wilayah ini. Selain mengancam biota perairan,  kegiatan  ini  juga  mengubah  keindahan  bentang  alamnya  dan menurunkan keindahan berbagai objek wisata baik darat maupun perairan laut.
Potensi perikanan di Provinsi Irian Jaya Barat cukup besar dan beraneka ragam terutama ikan permukaan dan ikan dasar. Perikanan memberikan andil terbesar dalam ekspor di Provinsi Irian Jaya Barat yang dihasilkan oleh Ikan Beku Campuran, yakni sebesar 65,4% dan Udang Beku 27,2%. Bagi nelayan, pemanfaatan sumberdaya perikanan bermuara pada peningkatan pendapatan nelayan serta penerimaan devisa negara.

Tabel Jenis, Lokasi Penyebaran Hasil Perikanan Provinsi Irian Jaya Barat tahun 2003.

No
Jenis Ikan
Lokasi Penyebaran
1
Ikan Tuna
Sorong, Waigeo Utara,
2
Ikan Pelagis
Waigeo Selatan, Kepulauan
3
Teripang
Raja Ampat, Teluk Bintuni,
4
Bialola
Fakfak dan Kaimana.
5
Udang Lobster
Sorong, Waigeo Utara,
6
Udang, Kepiting dan Sirip Hiu
Waigeo Selatan, Kepulauan
.          
Sumber : Badan Pusat Statistik Papua Tahun 2003.





Beberapa tabel Perusahaan Perikanan yang beroperasi menurut Jenis Komoditi dan Negara Tujuan Ekspor di Provinsi Irian Jaya Barat Tahun2003.
No
Eksport
Komoditi
Negara Tujuan
1
PT. Citra Raja Ampat Canning
Ikan Tuna,
Udang, Lobster,
Bialola dan
Teripang
Jepang,
Korea,
Philipina dan
Malaysia
2
PT. Mutiara
3
PT. Wif
4
PT. Jerman Aru
5
PT. Bintuni Mina Karya Argo
6
PT. Inter Galaxi Delta Fisheries
7
PT. Alsum Prakarsa Co
8
PT. Avona Mina Lestari
Sumber : Badan Pusat Statistik Papua Tahun 2003

Tabel Nilai Produksi Perikanan Laut menurut Jenis Ikan Di Provinsi Irian Jaya Barat Tahun 2003.

Jenis Ikan
Produksi (Ton)
Persentase (%)

Ikan
164.074.190
25,65

Hewan Kulit Keras
473.064.000
73,95


Hewan Kulit Lunak
2.488.900
0,40

Jumlah
639.627.090
100

Sumber : Badan Pusat Statistik Papua Tahun 2003

Tabel di atas menggambarkan bahwa nilai produksi perikanan terbesar di Provinsi Irian Jaya Barat disumbangkan oleh hewan laut yang berkulit keras, seperti kepiting dan udang yakni sebesar 473.064.000 ton atau 73,95%. Jumlah ini memberikan indikasi bahwa potensi udang dan kepiting di Provinsi Irian Jaya Barat cukup besar.






BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 SIMPULAN
Papua memiliki  potensi  sumberdaya  alam  yang  sangat  besar,  terutama  pada  wilayah pesisir dan lautnya. Sumberdaya ini dapat dilihat dari berbagai ekosistem tropik yang  ada  (mangrove,  terumbu  karang  dan  padang  lamun)  dengan  tingkat keanekaragaman  yang  tinggi.  Selain  itu,  Papua  juga  memiliki  potensi sumberdaya  hayati  perikanan  terutama  perairan  utara  Papua  dengan  potensi Ikan  Pelagis  dan  perairan  selatan  dengan  komoditi  utama  udang.  Berbagai sumberdaya tambang, mineral dan gas juga dapat ditemukan di perairan pesisir dan Laut Papua.
4.2 SARAN
Potensi perikanan dan kelautan di Irian Jaya Barat sebenarnya sangatlah tinggi,tetapi masyarakat papua yang masih minim akan pengetahuan untuk mengmbangkan potensi tersebut.Jadi diharapkan pemerintah untuk selalu memberikan perhatian kepada masyarakat.Pemerintah diharapkan melakukan penyuluhan-penyuluhan tentang potensi perikanan dan kelautan yang bisa dikembangkan di perairan Irian Jaya Barat









DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012.http://ahmadfatchur.blogspot.com/2012/12/definisi-sosiologi    menurut-para-ahli.html. Di akses pada tanggal 9Maret 2015. Pada pukul 14.46 WIB
Anonim, 2013.http://dheriot.blogspot.com/2013/09/lengkap-perkembangan-sosiologi-dan.html. Di akses pada tanggal 9 Maret 2015. Pada pukul 14:58 WIB
Listriana, Kartika. 2012. Mengembangkan Papua yang Kaya. Kementrian Kelautan dan Perikanan : Jakarta.
Anonim. 2006/2011. http://www.papuabarat.info/RPJMD/Bab%202.pdf.  Di akses pada     tanggal 10 Maret 2015. Pada pukul 14:58 WIB




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bolehkah Aku Seegois Ini?

Perasaan Semu

SayHay