Namanya Komitmen
Entah bagaimana, gue sulit sekali berteman dengan dia. Dia tidak nampak. Tapi memiliki pembatas. Bahkan bisa jadi memiliki pengekangan bagi yang percaya dan memilikinya. Dia tidak nampak. Tapi harus ada sebuah kabar yang terus mengiringi keberadaannya. Dia memang tidak nampak. Tapi kepercayaan harus dijunjung tinggi untuk bisa bersamanya. Dia bernama komitmen. Tapi mungkin itu tahun lalu. Gue mulai membaur dengan yang namanya komitmen itu. Mencoba mengetuk pemikiran batu berlumut yang entah kenapa batu itu betah sekali bermain-main dengan air ketika itu. Seperti tidak tau arah. Kemudian diri ini bisa meyakini bahwa sebuah ke tidaknampakan itu memang benar adanya. Untuk kali ini, gue juga menyetujui perihal-perihal setelah ketidaknampakan itu. Mungkin faktor usia sudah mulai berpengaruh. Selama perjalanan membaur. Mungkin sebuah komitmen mulai merasa kesulitan. Belum ada yang menggapainya hingga detik ini. Belum ada yang mampu mengajaknya pergi dan menghampiri d...